BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis multidimensi telah mengakibatkan tekanan berat pada sebagian
masyarakat dunia umumnya dan Indonesia khususnya. Masyarakat yang mengalami
krisis ekonomi tidak saja mengalami gangguan kesehatan fisik tapi mengalami
gangguan kesehatan mental psikiatri yang dapat menurunkan produktivitas kerja
dan kualitas hidup.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakan
pembangunan nasional, pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi semua penduduk (Depkes RI 1992).
Skizofrenia adalah salah satu jenis gangguan jiwa psikosa fungsional
dengan gejala pecahnya unsur-unsur kepribadian yang timbul pada usia kurang
dari 45 tahun.
Dengan menerapkan asuhan keperawatan pada perubahan proses pikir
diintegrasikan secara komprehensip pada program asuhan klien diharapkan klien
dan keluarganya secara mungkin dapat berperan serta dalam “Self Care” dan “Family
Support”.
Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis merasa tertantang untuk
mengambil kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan
Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di Ruang Prawatan
Perkutut RSJ.Cisarua – Cimahi”.
B. Tujuan
Adapun tujuan
dari laporan pelaksanaan asuhan keperawatan ini adalah :
1.
Tujuan Umum
a.
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam upaya
asuhan keperawatan.
b.
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung
dan komprehensip meliputi aspek biopsikososial.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan
prose pikir waham keagamaan akibat skizofrenia residual.
b.
Mampu mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan pada
klien dengan perubahan proses pikir waham keagamaan akibat skizofrenia
residual.
c.
Mampu melakukan rencana keperawatan sampai dengan
evaluasi.
C. Metode Penulisan
Dalam laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif yang
berbentuk studi kasus. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan
data sebagai berikut:
1.
Wawancara
Yaitu pengumpulan data
dengan melakukan tanya jawab yang ditujukan kepada klien, keluarga dan tenaga
yang terkait.
2.
Observasi
Yaitu pengumpulan data
dengan melihat secara langsung pada klien yang dikaji dan untuk mengetahui
perkembangan klien.
3.
Studi Dokumentasi
Yaitu cara pengumpulan
data dengan cara mempelajari dan mengumpulkan semua dokumentasi serta data yang
ada kaitannya dengan diri klien, status dan kesehatan medis.
4.
Studi literatur
Yaitu penulis mempelajari
semua buku yang membahas permesalahan yang akan dibahas dalam memperkuat teori.
D.
Sistematika Penulisan
Laporan ini disusun
secara sistematik yang terdiri dari empat bab yaitu:
BAB
I : Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB
II : Tinjauan teotitis yang mencakup pengertian, rentang respon,
psikodinamika dampak, pengkajian, rencana dan tindakan keperawatan serta
evaluasi.
BAB
III : Tinjauan kasus yang mencakup pengkajian rencana keperawatan,
catatan tindakan dan evaluasi “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan
Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di
Ruang Prawatan Perkutut RSJ.Cisarua –
Cimahi”.
BAB
IV : Kesimpulan
dan saran yang merupakan kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dari
formulasi saran yang bersifat membangun terhadap kesenjangan pada pelaksanaan “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat
Gangguan Afektif Episode Manik Di Ruang Prawatan Perkutut RSJ.Cisarua – Cimahi”.
TINJAUAN TEORITIS
A. Proses Terjadinya Masalah
Orientasi realitas adalah ketidakmampuan individu membedakan rangsangan
internal : Fikiran, perasaan, sensasi, somatic, dan rangsangan eksternal
seperti bunyi situasi alam sekitar (tidak
dapat membedakan lamunan dan kenyataan) (Stuart and Sunden, 1995).
Gangguan orientasi realitas dibagi menjadi dua yaitu waham dan
halusinasi. Waham adalah kepercayaan yang
benar-benar salah dan berfikir yang sesuai dengan orang lain dan kontradiksi
dengan realitas sosial (Stuart and Sunden, tahun 1995 hal 146).
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah atau bertentangan dengan
kenyataan dan tetap pada pemikiran seseorang dan latar belakang sosial budaya (Rowlis,
tahun 1991, hal 167).
Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pemikiran seseorang yaitu
dengan mencampuri kemampuan pikiran untuk diuji dan dievaluasi secara nyata (Judith
Herber).
Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan dan tidak cocok dengan intelegensia latar belakang biarpun dibuktikan
kemustahialn hal itu (WF Maramis, tahun 1991, hal 147).
Waham somatic dalah keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak
benar, contohnya ususnya sudah busuk, otak sudah cair dan ada seekor kua dalam
perutnya
Tipe-tipe waham yaitu :
1. Menurut Haber (tahun 1997 hal 723) :
a.
Ideas of referens seseorang merasa bahwa kejadian
situasi atau interaksi secara langsung berhubungan dengan dirinya.
b.
Delusion of percution : Keyakinan sesorang bahwa orang
lain merusak berbuat kerusakan pada dirinya.
c.
Delusion of grandeus : Keyakinan seseorang bahwa dia
maha kuasa dan mempunyai kekuatan super.
d.
Somatik delusion.
2.
Menurut Doengus (tahun 2000 hal 205) :
a.
Eromati : waham tentang seseorang yang mencintai orang
lain yang statusnya lebih tinggi.
b.
Grandues : waham tentang kekuatan pengetahuan
diidentifikasikan khusus atau hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
c.
Jealous : seseorang merasa bahwa partner sexnya tidak
setia.
d.
Persecutori: keyakinan seseorang bahwa orang lain
merusak atau berbuat jahat pada dirinya.
e.
Somatik : waham karena adanya beberapa penyakit fisik
atau munculnya keabnormalitas fisiknya.
3.
Menurut Raulins (tahun 1993, hal 107) :
a.
delusion of persicution : Keyakinan seseorang bahwa
orang lain akan berbuat jahat pada dirinya.
b.
Delusion of gerndeoues : Keyakinan seseorang bahwa
dirinya mempunyai kekuatan luar biasa.
c.
Delusion of control : Keyakinan seseorang bahwa dirinya
tindakan dan pikirannya di kontrol oleh orang lain dan kekuatan eksternal.
d.
Delusion of referens : Keyakinan seseorang bahwa
kejadian atau situasi secara langsung yang berhubungan dengan diri dalam
berinteraksi.
e.
Somatik delusion : Keyakinan seseorang bahwa tubuhnya
berubah dan berespon dengan cara yang tidak disadari dengan realita.
f.
Thought brood costing : Keyakinan seseorang bahwa
pikirannya dapat di dengar orang lain walau ia tidak membicarakannya.
4.
Menurut W.F Maramis (tahun 1991, hal 117)
a.
Waham kejar : Pasien yakin bahwa ada komplotan yang
sedang menggangu bahwa ia ditipu, dimata-matai atau kejelekannya dibicarakan
banyak orang.
b.
Waham somatic: Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya
yang tidak benar, contohnya usunya sudah membusuk, otak sudah cair, ada seekor
kuda dalam perutnya.
c.
Waham kesabaran : Yakin ia mempunyai kekuatan,
pendidikan, kepandaian atau keyakinan yang luar biasa misalnya bahwa dialah
ratu adil, dapat membaca fikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah dan mobil.
d.
Waham keagamaan: Waham dengan tema keagamaan.
e.
Waham dosa : Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau
kesalahan yang besar yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab
dalam suatu kejadian yan tidak baik misalnya kecelakaan keluarga, karena
fikiran yang tidak baik.
f.
Waham pengaruh : Yakni bahwa fikiran emosi perbuatannya
diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain suatu kekuatan yang aneh.
g.
Waham nilistic : Yakni bahwa dunia ini sudah hancur
atau bahwa ia sendiri dan orang lain sudah mati.
h.
Tingkah laku yang dipengaruhi oleh waham, karena waham
maka ia berbuat tingkah laku yang demikian.
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS
Respon adaptif
Respon maladaptive
- Pikiran logis - Pikiran kadang menyimpang - Kelainan
pikiran/delusi
- Persepsi akurat - Ilusi - Waham
- Emosi konsisten - Reaksi emosional berlebihan - Halusinasi
dengan berlebihan
- Perilaku sesuai - Perilaku ganjil/tidak lazim - Ketidakmampuan
untuk
mengalami
emosi
- Hubungan sosial - Menarik diri - Ketidakteraturan
perilaku
B. Mekanisme Terjadinya Waham
Waham terbentuk atas dasar faktor emosi, maka waham takkan dapat diubah
oleh alasan-alasan akal fikiran untuk memenuhi kebutuhan jiwa tersebut.
Gambaran waham terlihat menurut kesulitan-kesulitan menurut individu sebelum
sakit berupa harapan-harapan yang mengecewakan perasaan inadekuat, perasaan
dibenci orang lain dan sebagainya.
C. Faktor Predisposisi
1.
Faktor perkembangan
Hal ini tidak
terjadi ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan.
2.
Faktor lingkungan
Faktor
lingkungan yang therapeutik sering mengancam dan menimbulkan cemas
berkepanjangan sehingga individu mengisolasi diri dari lingkungan eksternal.
3.
Interaksi
Individu dalam
berinteraksi dengan orang lain mengalami gangguan.
D. Faktor Presipitasi
Merupakan
serangkaian kejadian yang menimpa manusia di dalam menjalani hidupnya dapat
menjadi faktor pencetus timbulnya waham.
Adapun faktor
pencetus meliputi :
1.
Faktor internal.
Karena merasa
gagal kehilangan sesuatu yang bermakna.
2.
Faktor eksternal
Ada trauma atau
serangan fisik, kehilangan hubungan dengan orang lain yang berarti.
E. Pengkajian / Karakteristik Perilaku
Ø
Menolak makan.
Ø
Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri.
Ø
Ekspresi muka sedih / gembira, ketakutan.
Ø
Gerakan tidak terkontrol.
Ø
Mudah tersinggung.
Ø
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
Ø
Tidak membedakan antara yang nyata dengan yang
tidak nyata.
Ø
Menghindar dari orang lain.
Ø
Mendominasi pembicaraan.
Ø
Berbicara kasar.
Ø
Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
atau sama sekali tidak melaksanakan.
F. Diagnosa Keparawatan
1.
Potensial menarik diri dari orang lain atau lingkungan.
2.
Gangguan hubungan sosial : bermusuhan, manipulasi,
ketakutan.
3.
Potensial gangguan nutrisi: pemasukan tidak sesuai
kebutuhan.
4.
Gangguan perawatan diri.
G. Tujuan
1.
Pasien tidak melukai diri sendiri, orang lain atau
lingkungan.
2.
Pasien mampu membina dan mempertahankan hubungan akrab
dengan orang lain tanpa perasaan tertekan atau terancam.
3.
Pasien dapat mempertahankan keseimbangan nutrisi,
cairan dan eliminasi.
4.
Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara
mandiri.
H. Tindakan Keperawatan
1.
Psikoterapeutik
a.
Bina hubungan saling percaya
·
Perhatikan pasien saat bicara tanpa meremehkan.
·
Dengar pernyataan pasien tentang wahamnya, tanpa
menyetujui atau menentangnya.
·
Bicara saat terbuka dan tidak berbisik-bisik,
tidak menggunakan kata-kata sindiran.
b.
Bantu pasien meningkatkan harga dirinya.
·
Libatkan pasien dalam kegiatan individu dan
kelompok.
·
Beri pasien kegiatan sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
·
Beri reinforcement atas keberhasilan yang
dicapai klien.
c.
Bantu pasien menemukan koping konstruktif dalam penyelesaian masalah.
·
Bersama klien mengidentifikasikan masalah yang
dihadapi.
·
Tanyakan cara yang dilakukan untuk mengatasi
masalahnya.
·
Bicarakan manfaat dari cara tersebut.
·
Bersama pasien mencari alternatif cara
penyelesaian masalah.
·
Beri dorongan kepada pasien untuk memilih cara
yang tepat.
2.
Lingkungan terapeutik
a.
Ciptakan lingkungan fisik yang dapat menguatkan
realita.
b.
Ciptakan lingkungan sosial
c.
Beri pujian atas keberhasilan klien.
3.
Kegiatan hidup sehari-hari.
a.
Bimbing pasien memenuhi mempertahankan kebutuhan nutrisi.
b.
Bimbing pasien mempertahankan keseimbangan aktivitas
istirahat tidur.
c.
Bimbing pasien melakukan perawatan diri.
4.
Somatik
Beri obat sesuai
ketentuan.
a.
Memberikan obat dengan mempertahankan lima benar dalam
prinsip pemberian obat.
b.
Bujuk pasien bila menolak minum obat.
c.
Ajak pasien berbicara menyakinkan bahwa obatnya sudah
dimakan.
d.
Beri pujian atas kerjasama klien.
5.
Pendidikan kesehatan.
a.
Bantu pasien mengenali wahamnya.
b.
Ikutsertakan keluarga mengatasi masalah klien.
I. Evaluasi
1.
a. Ekspresi
wajah klien tampak tenang
b.
Perilaku dan
emosi pasien terkontrol.
c.
Pasien berespon sesuai stimulus eksternal.
2.
a. Pasien dapat
berespon secara non verbal.
b.
Pasien dapat berinteraksi dengan perawat.
c.
Pasien dapat berinteraksi dengan pasien lain.
d.
Pasien dapat berinteraksi dengan perawat.
3.
a. Pasien dapat
menghabiskan porsi makan / minum yang diberikan.
b.
Berat badan pasien meningkat sesuai
kriteria.
4.
a. Pasien dapat
mandi sendiri dua kali sehari.
b. Gigi, rambut, mulut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar