Rabu, 21 November 2012

Waham Agama


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Krisis multidimensi telah mengakibatkan tekanan berat pada sebagian masyarakat dunia umumnya dan Indonesia khususnya. Masyarakat yang mengalami krisis ekonomi tidak saja mengalami gangguan kesehatan fisik tapi mengalami gangguan kesehatan mental psikiatri yang dapat menurunkan produktivitas kerja dan kualitas hidup.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakan pembangunan nasional, pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi semua penduduk (Depkes RI 1992).
Skizofrenia adalah salah satu jenis gangguan jiwa psikosa fungsional dengan gejala pecahnya unsur-unsur kepribadian yang timbul pada usia kurang dari 45 tahun.
Dengan menerapkan asuhan keperawatan pada perubahan proses pikir diintegrasikan secara komprehensip pada program asuhan klien diharapkan klien dan keluarganya secara mungkin dapat berperan serta dalam “Self Care” dan “Family Support”.


Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis merasa tertantang untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di Ruang Prawatan Perkutut  RSJ.Cisarua – Cimahi”.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari laporan pelaksanaan asuhan keperawatan ini adalah :
1.      Tujuan Umum
a.       Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam upaya asuhan keperawatan.
b.      Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensip meliputi aspek biopsikososial.

2.      Tujuan Khusus
a.       Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan prose pikir waham keagamaan akibat skizofrenia residual.
b.      Mampu mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan proses pikir waham keagamaan akibat skizofrenia residual.
c.       Mampu melakukan rencana keperawatan sampai dengan evaluasi.

C.    Metode Penulisan

Dalam laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan data sebagai berikut:
1.     Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab yang ditujukan kepada klien, keluarga dan tenaga yang terkait.
2.     Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan melihat secara langsung pada klien yang dikaji dan untuk mengetahui perkembangan klien.
3.     Studi Dokumentasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengumpulkan semua dokumentasi serta data yang ada kaitannya dengan diri klien, status dan kesehatan medis.
4.     Studi literatur
Yaitu penulis mempelajari semua buku yang membahas permesalahan yang akan dibahas dalam memperkuat teori.

D.     Sistematika Penulisan
 Laporan ini disusun secara sistematik yang terdiri dari empat bab yaitu:
BAB I      :    Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II    :    Tinjauan teotitis yang mencakup pengertian, rentang respon, psikodinamika dampak, pengkajian, rencana dan tindakan keperawatan serta evaluasi.
BAB III   :    Tinjauan kasus yang mencakup pengkajian rencana keperawatan, catatan tindakan dan evaluasi “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di Ruang Prawatan Perkutut  RSJ.Cisarua – Cimahi”.
BAB IV   :    Kesimpulan dan saran yang merupakan kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dari formulasi saran yang bersifat membangun terhadap kesenjangan pada pelaksanaan “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan Isi Pikir : Waham Keagamaan Akibat Gangguan Afektif Episode Manik Di Ruang Prawatan Perkutut  RSJ.Cisarua – Cimahi”.


 BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.    Proses Terjadinya Masalah
Orientasi realitas adalah ketidakmampuan individu membedakan rangsangan internal : Fikiran, perasaan, sensasi, somatic, dan rangsangan eksternal seperti bunyi situasi alam sekitar (tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan) (Stuart and Sunden, 1995).
Gangguan orientasi realitas dibagi menjadi dua yaitu waham dan halusinasi. Waham adalah kepercayaan yang benar-benar salah dan berfikir yang sesuai dengan orang lain dan kontradiksi dengan realitas sosial (Stuart and Sunden, tahun 1995 hal 146).
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah atau bertentangan dengan kenyataan dan tetap pada pemikiran seseorang dan latar belakang sosial budaya (Rowlis, tahun 1991, hal 167).
Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pemikiran seseorang yaitu dengan mencampuri kemampuan pikiran untuk diuji dan dievaluasi secara nyata (Judith Herber).
Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan tidak cocok dengan intelegensia latar belakang biarpun dibuktikan kemustahialn hal itu (WF Maramis, tahun 1991, hal 147).
Waham somatic dalah keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak benar, contohnya ususnya sudah busuk, otak sudah cair dan ada seekor kua dalam perutnya
Tipe-tipe waham yaitu :
1.    Menurut Haber (tahun 1997 hal 723) :
a.       Ideas of referens seseorang merasa bahwa kejadian situasi atau interaksi secara langsung berhubungan dengan dirinya.
b.      Delusion of percution : Keyakinan sesorang bahwa orang lain merusak berbuat kerusakan pada dirinya.
c.       Delusion of grandeus : Keyakinan seseorang bahwa dia maha kuasa dan mempunyai kekuatan super.
d.      Somatik delusion.

2.      Menurut Doengus (tahun 2000 hal 205) :
a.       Eromati : waham tentang seseorang yang mencintai orang lain yang statusnya lebih tinggi.
b.      Grandues : waham tentang kekuatan pengetahuan diidentifikasikan khusus atau hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
c.       Jealous : seseorang merasa bahwa partner sexnya tidak setia.
d.      Persecutori: keyakinan seseorang bahwa orang lain merusak atau berbuat jahat pada dirinya.
e.       Somatik : waham karena adanya beberapa penyakit fisik atau munculnya keabnormalitas fisiknya.
3.      Menurut Raulins (tahun 1993, hal 107) :
a.       delusion of persicution : Keyakinan seseorang bahwa orang lain akan berbuat jahat pada dirinya.
b.      Delusion of gerndeoues : Keyakinan seseorang bahwa dirinya mempunyai kekuatan luar biasa.
c.       Delusion of control : Keyakinan seseorang bahwa dirinya tindakan dan pikirannya di kontrol oleh orang lain dan kekuatan eksternal.
d.      Delusion of referens : Keyakinan seseorang bahwa kejadian atau situasi secara langsung yang berhubungan dengan diri dalam berinteraksi.
e.       Somatik delusion : Keyakinan seseorang bahwa tubuhnya berubah dan berespon dengan cara yang tidak disadari dengan realita.
f.       Thought brood costing : Keyakinan seseorang bahwa pikirannya dapat di dengar orang lain walau ia tidak membicarakannya.

4.      Menurut W.F Maramis (tahun 1991, hal 117)
a.       Waham kejar : Pasien yakin bahwa ada komplotan yang sedang menggangu bahwa ia ditipu, dimata-matai atau kejelekannya dibicarakan banyak orang.
b.      Waham somatic: Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak benar, contohnya usunya sudah membusuk, otak sudah cair, ada seekor kuda dalam perutnya.
c.       Waham kesabaran : Yakin ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau keyakinan yang luar biasa misalnya bahwa dialah ratu adil, dapat membaca fikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah dan mobil.
d.      Waham keagamaan: Waham dengan tema keagamaan.
e.       Waham dosa : Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab dalam suatu kejadian yan tidak baik misalnya kecelakaan keluarga, karena fikiran yang tidak baik.
f.       Waham pengaruh : Yakni bahwa fikiran emosi perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain suatu kekuatan yang aneh.
g.      Waham nilistic : Yakni bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri dan orang lain sudah mati.
h.      Tingkah laku yang dipengaruhi oleh waham, karena waham maka ia berbuat tingkah laku yang demikian.










RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS

 

Respon adaptif                                                                   Respon maladaptive
- Pikiran logis           - Pikiran kadang menyimpang       - Kelainan pikiran/delusi
- Persepsi akurat       - Ilusi                                             - Waham
- Emosi konsisten     - Reaksi emosional berlebihan       - Halusinasi
  dengan berlebihan 
- Perilaku sesuai       - Perilaku ganjil/tidak lazim           - Ketidakmampuan untuk
                                                                                          mengalami emosi
- Hubungan sosial    - Menarik diri                                - Ketidakteraturan
                                                                                          perilaku

B.     Mekanisme Terjadinya Waham
Waham terbentuk atas dasar faktor emosi, maka waham takkan dapat diubah oleh alasan-alasan akal fikiran untuk memenuhi kebutuhan jiwa tersebut. Gambaran waham terlihat menurut kesulitan-kesulitan menurut individu sebelum sakit berupa harapan-harapan yang mengecewakan perasaan inadekuat, perasaan dibenci orang lain dan sebagainya.

C.    Faktor Predisposisi
1.      Faktor perkembangan
Hal ini tidak terjadi ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan.


2.      Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang therapeutik sering mengancam dan menimbulkan cemas berkepanjangan sehingga individu mengisolasi diri dari lingkungan eksternal.
3.      Interaksi
Individu dalam berinteraksi dengan orang lain mengalami gangguan.

D.    Faktor Presipitasi
Merupakan serangkaian kejadian yang menimpa manusia di dalam menjalani hidupnya dapat menjadi faktor pencetus timbulnya waham.
Adapun faktor pencetus meliputi :
1.      Faktor internal.
Karena merasa gagal kehilangan sesuatu yang bermakna.
2.      Faktor eksternal
Ada trauma atau serangan fisik, kehilangan hubungan dengan orang lain yang berarti.

E.     Pengkajian / Karakteristik Perilaku
Ø  Menolak makan.
Ø  Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri.
Ø  Ekspresi muka sedih / gembira, ketakutan.
Ø  Gerakan tidak terkontrol.
Ø  Mudah tersinggung.
Ø  Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
Ø  Tidak membedakan antara yang nyata dengan yang tidak nyata.
Ø  Menghindar dari orang lain.
Ø  Mendominasi pembicaraan.
Ø  Berbicara kasar.
Ø  Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan atau sama sekali tidak melaksanakan.

F.     Diagnosa Keparawatan
1.      Potensial menarik diri dari orang lain atau lingkungan.
2.      Gangguan hubungan sosial : bermusuhan, manipulasi, ketakutan.
3.      Potensial gangguan nutrisi: pemasukan tidak sesuai kebutuhan.
4.      Gangguan perawatan diri.

G.    Tujuan
1.      Pasien tidak melukai diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
2.      Pasien mampu membina dan mempertahankan hubungan akrab dengan orang lain tanpa perasaan tertekan atau terancam.
3.      Pasien dapat mempertahankan keseimbangan nutrisi, cairan dan eliminasi.
4.      Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.



H.    Tindakan Keperawatan
1.      Psikoterapeutik
a.       Bina hubungan saling percaya
·         Perhatikan pasien saat bicara tanpa meremehkan.
·         Dengar pernyataan pasien tentang wahamnya, tanpa menyetujui atau menentangnya.
·         Bicara saat terbuka dan tidak berbisik-bisik, tidak menggunakan kata-kata sindiran.
b.      Bantu pasien meningkatkan harga dirinya.
·         Libatkan pasien dalam kegiatan individu dan kelompok.
·         Beri pasien kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
·         Beri reinforcement atas keberhasilan yang dicapai klien.
c.       Bantu pasien menemukan koping konstruktif  dalam penyelesaian masalah.
·         Bersama klien mengidentifikasikan masalah yang dihadapi.
·         Tanyakan cara yang dilakukan untuk mengatasi masalahnya.
·         Bicarakan manfaat dari cara tersebut.
·         Bersama pasien mencari alternatif cara penyelesaian masalah.
·         Beri dorongan kepada pasien untuk memilih cara yang tepat.



2.      Lingkungan terapeutik
a.       Ciptakan lingkungan fisik yang dapat menguatkan realita.
b.      Ciptakan lingkungan sosial
c.       Beri pujian atas keberhasilan klien.
3.      Kegiatan hidup sehari-hari.
a.       Bimbing pasien memenuhi mempertahankan kebutuhan nutrisi.
b.      Bimbing pasien mempertahankan keseimbangan aktivitas istirahat tidur.
c.       Bimbing pasien melakukan perawatan diri.
4.      Somatik
Beri obat sesuai ketentuan.
a.       Memberikan obat dengan mempertahankan lima benar dalam prinsip pemberian obat.
b.      Bujuk pasien bila menolak minum obat.
c.       Ajak pasien berbicara menyakinkan bahwa obatnya sudah dimakan.
d.      Beri pujian atas kerjasama klien.
5.      Pendidikan kesehatan.
a.       Bantu pasien mengenali wahamnya.
b.      Ikutsertakan keluarga mengatasi masalah klien.

I.       Evaluasi
1.      a.    Ekspresi wajah klien tampak tenang
b.        Perilaku dan  emosi pasien terkontrol.
c.        Pasien berespon sesuai stimulus eksternal.
2.      a.    Pasien dapat berespon secara  non verbal.
b.         Pasien dapat berinteraksi dengan perawat.
c.         Pasien dapat berinteraksi dengan pasien lain.
d.        Pasien dapat berinteraksi dengan perawat.
3.      a.    Pasien dapat menghabiskan porsi makan / minum yang diberikan.
b.    Berat badan pasien meningkat sesuai kriteria.
4.      a.    Pasien dapat mandi sendiri dua kali sehari.
b.    Gigi, rambut, mulut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar