LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURAL
- Pengertian
Efusi pleural adalah Pengumpulan cairan dalam dalam ruang pleura (selaput
yang menutupi permukaan paru-paru) yang terletak di antara permukaan visceral
(selaput)dan parietal (dinding).
(Brunner and Suddarth edisi 8 volume 1,2001)
Efusi pleura adalah adalah Cairan yang terkumpuk dalam rongga pleura .
(Sylvia A.Price , 2006)
Efusi pleural adalah Terkumpulnya cairan abnormal dalam kavum pleura
(Arief mansjoer 1999)
Efusi pleural adalah Cairan yang
tertumpuk dalam rongga pleura.
(Dr.
HendraLaksman, 2003)
Kesimpulan :
Efus pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan
oleh banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.
- Patofisiologi
1.
Etiologi
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
1.
Efusi pleura
transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan
normal di dalam paru-paru.
Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
2.
Efusi pleura eksudativa terjadi akibat
peradangan pada pleura, yang seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru.
Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
Kadar protein darah yang rendah
Sirosis
Pneumonia
Abses dibawah diafragma
Artritis
rematoid
Pankreatitis
Emboli
paru
Tumor
Lupus
eritematosus sistemik
Pembedahan
jantung
Cedera di
dada
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
Pemasanan selang untuk makanan atau selang
intravena yang kurang baik.
·
Efusi
pleura dapat terjadi karena terjadinya inflamasi oleh bakteri atau tumor yang
mengenai permukaann pleural juga dapat terjadi karena ketidak seimbangan
tekanan hidrostatik dan osmotic.
2. Manifestasi klinis
Biasanya manifestasi klinisnya
disebabkan oleh penyakit dasar (Peneumonia).
a.Demam
b. Mengigil
c. Nyeri dada pleuritis
d. Dispnea
e.
Batuk
f.
Sesak nafas
g.
Bunyi nafas minimal
h. Egofoni akan terdengar diatas area efusi
i.
Deviasi
Trakea menjauhi tempat sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan
pleural yang signifikan .
3. Proses
penyakit
TEKANAN HIDROSTATIK
Cairan masuk
Cairan tertimbun dalalm jaringan /
Ruangan
Kongesti jantung (transudat) Abses paru/ kangker
paru/TB paru
/Penumonia
dll (elsudat)
Efusi
pleura
- Komplikasi
a.
fibrosis paru :
1)
Pleural Parietal
2)
Pleura Viseral
5. Penatalaksanaan
Medis
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop
akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
1.
Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2.
CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
3.
USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4.
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
5.
Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.
8.Pemerikasaan
Laboratorium seperti:
Cairan pleural
dianalisis dengan kultur bakteri,Pewarnaan Gram,basil tahan asam(utuk
tuberkolusis), hitung sel darah meram dan putih, Pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehidrogenase [LDH], Protein), Analisis sitologi utuk sel
Malignan dan pH.
2. Terapi
Tujuan pengobatan adalah untuk
menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk
menghilangkan ketidak nyamanan serta dispena, Terapi yang di berikan adalah :
Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.
Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).
Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).
Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya
pengumpulan cairan lebih lanjut.
Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan.
Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.
Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
sJika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.
Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening.
Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.
D. Pengkajian
Adapun pengkajian yang di lakukan pada
klien dengan efusi pleura adalah :
1.Aktifitas / istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktifitas ataupun
istirahat
2.
Sirkulasi
Tanda :
a.
Takikardia
a.
Frekuensi tak teratur/disritmia
b.
Irama jantung gallop(gagal jantung sekunder terhadap
efusi plura)
c.
Nadi apical (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan
mediastinal (dengan tegangan penumotorak
d. Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan
dengan denyutan jantung, menunjukan udara dalam mediastinum)
e.
Tekanan darah :Hipertensi/Hipotensi
f.
Denyut Vena Jugularis
3.
Integeritas ego
Tanda :Ketakutan,
Gelisah
4.
Makanan / Cairan
Tanda :Adanya
pemasangan IV vena sentral/ Infus tekanan
5.
Nyeri/ Kenyamanan
Gejala (Tergantung
pada ukuran /
area yang
terlibat ) :
a. Nyeri dada unilateral, meningkat karma pernafasan, batuk.
Timbul tiba- tiba gejala sementara batuk atau regangan
(Peneumotorak spontan )
b.
Tajam dan nyeri, menusuk yang di perberat oleh nafas
dalam , kemungkinan ke leher,bahu, abdomen (efusi pleural)
Tanda :a. Berhati- hati pada area yang sakit
b.Prilaku distraksi
c.
Mengkerutkan wajah
6.
Pernafasan
Gejala :Kesulitan
bernafas, Lapar nafas
a. Batuk (mungkin gejala yang ada)
b. Riwayat bedah dada/ Trauma; Penyakit paru
kronis, inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), penyakit interstisial
menyebar (sarkoidosi); Keganasan ( mis.obstruksi tumor) Peneumotoraks spontan
sebelumnya; Ruptur empisematous bula spontan, bleb sub pleural (PPOM).
Tanda :Pernafasan :Peningkatan
frekwensi/ takipnea
a. Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot
aksesori pernafasan pada dada, leher;
rektraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat .
b. Bunyi nafas menurun atau tak ada ( sisi
yang terlibat)
c. Premitus menurun (sisi yang terlibat )
d. ferkusi dada :Hiperresonan di atas area
terisi udara (penumotoraks , bunyi pekak diatas area yang terisi cairan
(hemotoraks)
e. Observasi dan palpasi dada: Gerakan dada
tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kempes, penurunan pengembangan toraks
?(Area yang sakit).
f. Kulit:Pucat, sianosis, berkerigat
,resipitasi subkutan(udara pada jaringan dengan palpasi )
g. Mental :Ansietas ,gelisah,
binggung,pingsan.
h. Pengunaan ventilasi mekanik tekanan
positif / terapi PEEP
7.
Keamanan
Gejala :a. Adanya trauma dada
b. Radiasi / kemoterapiuntuk
keganasan
8.
Penyuluhan pembelajaran
Gejala :a. Riwayat factor resiko
:Tuberkolusis, kangker .
b.
Adanya bedah intratorakal / biobsi paru
c. Bukti kegagalan membaik
E. Diagnosa Keperawatan
1.
Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru (Akumulasi udara / cairan
Hasil yang diharapkan : Menunjukan pola pernafasan
normal / efektif dengan GDA dalam
rentang normal .Bebas sianosis, dan dispnea
Intervensi:
Mandiri :
1. Mengidentifikasi etiologi / factor pencetus,
contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi
mekanik.
2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat
kecepatan / pernapasan serak, dispnea, keluhan “lapar udara” terjadinya
sianosis, perubahan tanda vital.
3.
Awasi
kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik. Catat
perubahan tekanan udara.
4.
Auskultasi bunyi nafas
5.
Kaji pasien adanya nyeri tekan bila batuk,nafas dalam
6.
Pertahan kan
posisi nyaman ,biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik
kesisi yang sakit.
7.
Pertahankan perilaku tenang, Bantu pasien untuk
“control diri” dengan menggunakan pernafasan lebih lambat / dalam
8. Bila terpasang selang dada: Periksa
pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar (batas air, pengatur
dinding, / meja disusun dengan tepat ).
9. Periksa batas cairan pada botol penghisap
;pertahankan pada batas yang
ditentukan.
Kolaborasi :
1.
Kaji seri foto torak
2.
Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri .Kaji
kapasitas vital/ pengukuran volume tidal.
3. Berikan oksigen tambahan melalui kanula/ masker
sesui indikasi.
Rasional :
Mandiri :
1.
Pemahaman penyebab kolaps perlu untuk pemasangan selang
dada yang tepat dan memilih tindakan terpeutik yang lain.
2.
Disteres pernafasan dan perubahan pada tanda- tanda
vital dapat terjadi karena stress foisiologis dan nyeri qatau dapat menunjukan
terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia/ perdarahan .
3.
Kesulitan bernafas “dengan “ventilator” dan atau
peningkatan tekanan jalan nafas diduga memburuknya kondisi / terjadinyan
komplikasi .
4.
Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus,
segmen paru atau seluruh area paru ( unilateral). Area atelektasis tak ada
bunyi nafas, dan sebagian area kolaps menurun bunyinya. Evaluasi juga dilakukan
untuk area yang baik pertukaran gasnya dan memberikan data evaluasi perbaikan pleura.
5.
Sokongan terhadap dada dan otot abnormal membuat batuk
efektif/ mengurangi trauma.
6. Meningkatkan inspirasi maksimal
,meningkatkan ekspirasi paru dan ventilasi pada sisiyang tak sakit.
7. Membantu pasien mengalami efek fisiologi
hipoksia yang dapat dimanifestasikan sabagai ansietas/ketakutan .
8. Mempertahankan tekanan negative
intrapleural sesuai yang diberikan , yang meningkatkan ekspansi optimum dan
drainase cairan.
9. Air botol penampung bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk
ke area pleural,jika sumber penghisap diputuskan dan membantu dalam evaluasi
apakah system drainase dada berfungsi dengan tepat.
Kolaborasi :
1. Mengawasi kemajuan perbaikan ekspirasi
paru ,mengidentifikasi kesalahan posisi selang
endotrakeal mempegaruhi inflasi paru .
2. Mengkaji status pertukaran gas dan
ventilasi , perlu untuk kelanjutan atau gangguan dalam terapi
3. Alat dalam menurunkan kerja nafas;
meningkatkan penghilangan distres respirasi dan sianosis sehubungan dengan
hipoksemia.
2. Resiko terhadap Trauma/ penghentian nafas
b.d pemasangan alat dari luar(system
drainase dada)
Hasil yang diharapkan :Mengenal kebutuhan / mencari
bantuan untuk mencegah komplikasi.
Intervensi :
Mandiri
:
1.
Kaji dengan pasien tujuan / fungsi unit drainase dada
catat gambaran keamanan .
2.
Pasangkan kateter toraks kedinding dada dan berikan
panjang selang ekstra sebelum memindahkan atau mengubah posisi pasien :
·
Amankan sisi sambungan selang
·
Berbantalan
pada sisi dengan kasa/ plester
3. Amankan unit drainase pada tempat tidur
pasien atau pada sangkutan / tempat tertentu pada area dengan lalulintas
rendah.
4.
Awaasi sisi lubang pemasangan selang , cataat
kondisi kulit, ,adanya /karaktristik drainase dari sekitar kateter. Ganti
/ pasang ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan .
5. Anjurkan klien untuk menghindari berbaring
/ menarik selang
6.
Identifikasi perubahan / situasi yang harus dilaporkan
pada perawat , contoh perubahan bunyi gelembung, lapar udara tiba- tiba nyeri
dada , lepaskan alat.
7. Observasi tanda distress pernafasan bila
kateter torak tercabut/ terlepas
Rasional
:
1. Infoermasi tentang bagaimana system
bekerja memberikan keyakinan , menurunkan ansietas npasien .
2. Mencegakh terlepasnya kateter dada atau
selang terlipat dan menurunkan nyeri/ ketidak nyamanan sehubungan dengan
penarikan atau pergerakan selang .
·
Mencegah terlep[asnya selang
·
Melindungi kulit dari iritasi/ tekanan
3. Mempertahankan posisi duduk tinggi dan
menurunkan resiko kecelakaan jatuh/ unit pecah.
4.
Memberikan pengenalan dini dan mengobati adanya erosi /
infeksi kulit.
5. menurunkan resiko obstruksi drainase/
terlepasnya selang
6. intervensi tepat waktu dapat mencegah
komplikasi serius.
7. Efusi pleura dapat terulang / memburuk ,
karena mempengaruhi fungsi pernafasan
dan memerlukan intervensi darurat.
3. Resti terhadap kerusakan ,pertukaran gas
b.d Penurunan permukaan efektif paru
Hasil yang diharapkan
:
o
Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
jarigan adekuat denga GDA dalam rentang normal.
o
Bebas dasri gejala distres pernafasan
Intervensi
:
Mandiri :
1. Kaji dispnea ,takipnea tak normal /
menurunya bunyi nafas, peningkatan ,terbatasnya ekspansi dinding dada dan
kelemahan .
2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran
. Catat sianosis dan / atau perubahan waran kulit , termasuk membrane mukosa
dan kuku.
3. Tunjukan / dorong bernafas dengan bibir
selama ekhalasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan
parenkim.
4. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas
dan Bantu aktifitas perawatan diri sesuai keperluan .
Kolaborasi
1.
Awasi seri GDA/ nadi osimetri
2.
Berikan oksigen tambahan yang sesuai
Rasional
Mandiri
:
1.
Efusi pleura dapat menyebabkan efek luas pada paru,
sehingga efek pernafasan dapat ringan sampai dispnea berat sampai disters
pernafasan .
2. Pengaruh jalan nafas dapat menggangu oksigenasi organ vital dan
jaringan
3. Membuat tahanan melawan udara luar, untuk
mencegah kolaps/ penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara
melalui paru dan menghilangkan / menurunkan nafas pendek.
4. Menurunkan konsumsi oksigen / kebutuhan
selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
Kolaborasi :
1.
Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan /
atau saturasi atau peningkatan PacO2 menunjukan untuk intervensi / perubahan
program terapi .
2.
Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi
sekunder terhadap penurunan ventilasi / menurunya permukaan alveolar paru.
4.
Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak kuat pertahanan
utama (Trauma jaringan paru, Penurunan kerja silia, Stasis cairan
tubuh..,Prosedur invasive,Penyakit kronis,Tidak kuat pertahanan sekunder(imun)
Hasil yang diharapkan :
·
Menunjukan
Pemahaman faktor resiko individu
·
Mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah/ menurunkan
resiko infeksi
·
Menunjukan
teknik untuk meningkatkan lingkungan aman
Intervensi
Mandiri
:
1. Catat
Faktor resiko terjadinya infeksi Pastikan
2. Observasi warna /bau /Bau/Karakteristik
cairan ,Catat drainase sekitar selang .
3. Turunkan faktor resiko nosolomial melalui
cuci tangan yang tepat pada semua perawat, mempertahankan tehnik pengisapan
steril
4. Dorong nafas dalam
5. Auskultasi bunyi nafas
6. Awasi / batasi
pengunjung.Hindari kontak dengan infeksi saluran nafas atas
7. Anjurkan menyediakan wadah
sekali pakai untuk mennampung sputum jika klien batuk berdahak
8. Pertahankan hidrasi adekuat dan
nutrisi.
9. Doerong perawatan diri /
Aktifitas sampai batasan toleransi,Bantu dengan latihan bertahap
Kolaborasi
:
1.
Ambil kultur sputum sesuai indikasi
2.
Berikan antimicrobial sesuai indikasi
Rasional
Mandiri :
1.
Intubasi , ventilasi mekanik lama , ketidak mampuan
umum , malnutrisi, usia ,dan prosedur invasive adalah factor dimana pasien
potensial mengalami infeksi dan lama sembuh. Kesadaran akan factor resiko
memberikan kesempatan untuk membatasi efeknya.
2.
Kuning /hijau, sputum berbau purulen menunjukan
infeksi; sputumkental, lengket diduga dehidrasi.
3.
Faktor ini paling sederhanan tapi paling penting untuk
mencegah infeksi di rumah sakit.
4.
Memaksimalkan ekspansi paru
5. Adanya ronkhi/mengi diduga ada tahanan
sekretyang perlu pengeluaran / pengisapan.
6. Individual telah dipengaruhi dan berada
pada resiko tinggi mengalami infeksi
7. Menurunkan transmisi organisme melalui
cairan
8. Membantu memperbaiki tahanan umum untuk
memperbaiki tahanan umum untuk penyakit dan menurunkan resiko infeksi dan
stasis sekret.
9. Memperbaiki kesehatan umum dan reganggan
otot dan dapat merangsang perbaikan sistem imun.
Kolaborasi
1. Diperlukan untuk mengidentifikasi patogen
dan antimikrobital yang tepat.
2. Satu atau lebih agen dapat digunakan
tergantung pada identifikasi patogen bila infeksi terjadi.
5. Kurang pengetahuan b.d mengenai kondisi,
aturan pengobatan
Hasil yang diharapkan
:
§ Menyatakan pemahaman penyebab masalah
§ Mengidentifikasi tanda/ gejala yang
memerlukan evaluasi medik
§ Mengikuti program pengobatan dan
menunjukan perubahan pola hidup yang
perlu untuk mencegah terulangnya masalah
Intervensi
Mandiri :
1.
Kaji kempuan pasien untuk belajar, contoh tingkat
takut, masalah kelemahan , tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana
pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat.
2. Identifikasi kemungkinan kambuh/
komplikasi jangka panjang.
3. Kaji ulang tanda dan gejala yang
memerlukan evaluasi medik cepat contoh nyeri dada tiba- tiba, dispnea, distres
pernafasan lanjut.
4. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik,
contoh nutrisi baik, istirahat, latihan.
5. Tekankan untuk tidak merokok dan minum alcohol
Rasional :
Mandiri :
1. Informasi menurunkan takut karena
ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan
pentingnya intervensi terapeutik
2. Penyakit paru seperti PPOM berat dan
keganasan dapat meningkatkan insidenkambuh
3. Berulangnya penumotoraks/ efusi pleura /TB
paru memerlukan intervensi medik untuk mencegah/ menurunkan potensial
komplikasi.
4. Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan
penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan
5. meskipun merokok tidak merangsang
berulangnya efusi pleura tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan/bronchitis.
F. Implementasi
Pelaksanaan
bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan, kolaborasi dan
membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan mempasilitas
koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain :
1. Persiapan : Perawat
menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam tindakan
keperawatan, yaitu mengulang tindakan keperawatan yang diidentifikasikan
pada tahap intervensi,menganalisa pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan
dalam mengetahui komplikasi dari tindakan yang mungkin muncul, menentukan
kelengkapan dan menentukan lingkungan yang kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik
terhadap resiko dari kesalahan tindakan.
2. Intervensi : Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
bertjuan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional, adapun sifat tindakan keperawatan yaitu independen,
interindependen,dan dependen.
3. Dokumentasi:
Mendokumentasikan suatu proses keperawatan secara lengkap
dan akurat.
G. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir
dari proses keperawatan yang bertujuan melihat sejauh mana diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi
selama pengkajian, analisa, intervensi, mengimplementasi keperawatan.
a. Formatif
Evaluasi setelah rencana keperawata dilakukan untuk membantu keefektifan
tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
b.Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan
keperawatan secara obyektif,
fleksibel dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Arif , Mansjoer .2001.KAPITA
SELEKTA KEDOKTERAN. Edisi 3.Jakarta ; EGC
Dongoes, E.Marlyn ,dkk.1999.RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN,PEDOMANUTUK PERAWATAN DAN PENDOKUMENTASIAN PERAWATAN PASIEN.Jakarta
:EGC
Suddarth and Brunner.2001.KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.
Edisi 8.Jakarta ; EGC
Price A, Slivia ,dkk .2006.PATOFISIOLOGI .Edisi
6.Jakatra ; EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar