TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1.
Pengertian
Hipertensi Heart Failure adalah suatu keadaan patologi berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah. Untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau
ada disertai peninggian volume diastol secara abnormal. (Arif Mansjoer, 1999 :
434).
Hipertensi Heart Failure atau payah jantung adalah kondisi
dimana jantung tidak mampu memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Karena jantung mempunyai dua pompa yaitu pompa kiri dan pompa
kanan maka payah jantung juga dapat terjadi pada jantung kiri atau jantung
kanan atau bisa kedua-duanya (Silvia A. Prince, Patofisiologi Bulan I dan II,
1998, EGC. Jakarta ).
Gagal jantung adalah sindroma yang terjadi bila jantung tidak
mampu memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan oksigen dalam
jaringan (Lynda Juall Carpenito, Edisi 2. 1999 : 68).
Kesimpulan Hipertensi Heart Failur menurut penulis yaitu
suatu kelainan fungsi jantung yang dapat terjadi pada jantung kiri dan kanan,
tidak dapat memompakan darah secara adekuat sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan metabolik dan O2 ke jaringan.
2.
Anatomi Fisiologi
Jantung terletak di dalam
rongga mediastinum, yaitu diantara kedua paru-paru dan agak condong ke sisi
kiri (pada orang dewasa). Bagian dasar terbentang setinggi Intercosta ke-2
lebih kurang 3 cm dari sternum dan bagian puncak (apex) nya berada setinggi
Intercosta 5/6 kiri, jantung merupakan suatu organ kecil dengan berat sekitar
250-300 gram yang dibungkus oleh selaput tipis elastis yang disebut
perikardium. Perikardium terdiri dari 2 lapis yang lapisan sebelah dalam
disebut perikardium visceral yang mempunyai hubungan langsung dengan permukaan
jantung dan lapisan sebelah luar disebut perikardium parietal yang bagian
depannya menempel pada tulang belakang, serta bagian bawahnya menempel pada
diagfragma. Diantara kedua lapisan perikardium terdapat sedikit cairan yang
berfungsi sebagai lubrikasi yaitu mengurangi gesekan-gesekan yang disebabkan
oleh gerakan memompa dari jantung itu sendiri
Jantung mempunyai 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, serta
ventrikel kiri dan kanan. Antara rongga kiri dan kanan dipisahkan oleh septum,
septum atrial adalah bagian yang memisahkan antara atrium kiri dan kanan
sedangkan septum ventrikel adalah bagian yang memisahkan ventrikel kiri dan
kanan.
Rongga atrium dan ventrikel dibatasi oleh katup yang disebut
atrio ventrikuler. Katup trikuspidalis adalah katup atrio ventrikuler yang
membatasi atrium kanan dan ventrikel kanan. Sedangkan katup mitralis adalah
katup atrio ventrikuler yang membatasi atrium kiri dan ventrikel kiri.
Diantara ventrikel dan pembuluh darah besar yang keluar dari
jantung juga dibatasi oleh katup yang disebut semilunar. Katup semilunar
pulmonalis adalah katup yang membatasi katup ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis. Katup semilunar aorta adalah katup yang membatasi ventrikel kiri
dan aorta.
Bunyi jantung dibentuk dari 3 faktor yaitu :
a.
Faktor otot yaitu kontraktilitas otot jantung : Pada
saat jantung kontraksi akan menghasilkan sejumlah bunyi
b.
Faktor katup yaitu menutupnya katup, membukanya katup
tidak menghasilkan bunyi karena terjadi secara pasif : Pada fase sistole akan
terjadi penutupan katup antrioventrikuler dan vase diastole akan terjadi penutupan
katup semilinar.
c.
Faktor pembuluh darah yaitu terbulensi pembuluh darah.
Gambar 2.1
Sirkulasi Jantung
3.
Patofisologi
Bila cadangan jantung normal untuk berespon terhadap stress
tidak adequat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, jantung gagal untuk
melakukan tugasnya sebagai pompa dan akibatnya gagal jantung, juga pada tingkat
awal. Disfungsi komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan kegagalan,
karena kondisi dimana jantung gagal untuk mengeluarkan isinya secara adequat (Arif
mansjoer, 1999).
4.
Manifesitasi Klinik
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan
pemompaan, gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri dan gagal jantung
kanan, gejala dan tanda yang timbul pun berbeda (Capita Selekta Edisi II 1999
:434).
Diagnosis gagal jantung terbagi antara jantung kiri dan kanan
:
a.
Gagal jantung kanan (kriteria mayor) : Dispnea, peningkatan
tekanan vena jugularis, Ronchi basah tidak nyaring, kardiomegali, edema paru
akut.
b.
Kriteria minor : Edema pergelangan kaki, batuk malam
hari, hepatomegali, efusi pleura, kapasitas vital berkurang menjadi 1/3
maksimum, tachikardi > 120x/menit
5.
Manajemen Medik Secara Umum
Menurut
Arif Mansjoer (1999,435)
Pengobatan atur penatalaksanaan untuk individu dengan
penyakit jantung terutama pada payah jantung memerlukan waktu yang lama itu
tergantung dari individu atau penderita adapun penatalaksanaannya seperti :
a.
Meningkatkan oksigenisasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan kosumsi O2 melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
b.
Memperbaiki kontruktilitas otot jantung
1)
Mengatasi keadaan yang revisible, termasuk
tritoksikosis dan arituria.
2)
Digitalis
a)
Dosis Digitalis
v
Digoksin oral untuk digitalis cepat 0,5-2 mg
dalam dosis selama 24 jam, dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2-4 hari.
v
Digoksin IV 0,75-1 mg dalam 4 dosis – 24 jam
v
Cadicanid IV 1,2 – 1,6 mg dalam 24 jam
b)
Dosis penenang gagal jantung : Digoksin 0,5-2 mg
sehari, untuk pasien usia lanjut dan gagal jantung dosis disesuaikan.
c)
Dosis penunjang dogoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
3)
Menurunkan beban jantung
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretik dan vasodilator.
a)
Diet rendah garam
Pada gagal jantung dengan kelas IV, penggunaan deuretik
digoksin dan penghambat Angiotensin converting Enzyme (ACE) diperlukan
mengingat usia. Untuk gagal jantung kelas II dan III diberikan : Diuretik dalam
dosis rendah atau menengah (furosemid 40-80 mg), digoksin pada pasien fibrilasi
atrium maupun kelainan irama sinus, digoksin pada pasien fibrilasi atrium
maupun kelainan irama sinus, penghambat ACE (captotocral mulai dari dosis
2x6,55 mg atau setara dengan penghambat ACE yang lain seperti ISDN dengan dosis
dimulai 3x10-15 mg.
b)
Diuretik
Yang digunakan furosemid 0-80 mg, dosis penunjang
rata-rata 20 mg. Diuretik yang lain yang digunakan antara lain
hidroklorotiazid, klortalidon, tramterin, amiloroid dan asam etakrinat.
c)
Vasodilator
v
Nitrogliserin 0, - 0,6 mg subligual atau 0,2 - 2
ukuran kg BB/menit IV
v
Natroposid 0,5 - 1 ug/kg/BB/menit IV.
v
Prazonin peroral 2 - 5 mg
v
Penghambat ACE : Captopril 2 x 6,5 mg
v
Dosis ISDN adalah 10-0 mg peroral atau 5-15 mg
sublingual setiap 4-6 jam
v
Keadaan atau kontradiksi penggunaan digitalis
berupa brodikardi, gangguan irama dan konduksi jantung blok AV derajat II dan
III, serta gejala lain ditemui pada intosikossi digitalis adalah anoreksia mual
muntah, diare dan gangguan penglihatan.
v
Kontradiksi relatif : Penyakit kardiopulmonal
infark miokard akut (hanya diberi peroral). Idiopatik hypertropich, stenosis,
gagal jantung (dosis obat lebih rendah) miokarditis berat, hipokalemia,
penyakit paru obstruksi kronik, dan pnyertaanobat yang menghambat konduksi
jantung.
B. Konsep Dasar Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep
diterapkan dalam praktek keperwatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu problem
salving atau pendekatan yang memelukan ilmu, teknik, dan keterampilan
interpersonal dan ditentukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau keluarga.
Proses terdiri dari lima
tahap dan berhubungan : Pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem
salving dalam mendefinikasi suatu tindakan keperawatan (Nursalam : 2001 ; 1).
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Ner et al
1996, Dikutip dari Nursalam, 2001 : 17).
a.
Pengumpulan Data
Yaitu mengumpulkan informasi yang
sistematis tentang klien. Data dikumpulkan dari klien, keluarga, orang terdekat,
masyarakat, grafik, rekam medis, hasil pemeriksaan diagnostik, perawat lain dan
kepustakaan (Nursalam : 2001 : 2-25).
1)
Biodata
Terdiri dari nama, usia, jenis kelamin,
tempat tinggal, data-data lain seperti suku, agama dan pekerjaan.
2)
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang mengakaji
mengapa klien meminta bantuan selain itu untuk menggali keluhan utama dari
klien. Riwayat kesehatan masa lalu penting dikaji untuk mengetahui apakah klien
pernah sebelumnya menderita penyakit Hipertensi Heart Failure” (Barbara C. Long.
1996 ; 35).
Riwayat kesehatan keluarga untuk
mengetahui apakah dikeluarga ada yang mempunyai penyakit Hipertensi Heart
Failure atau penyakit jantung lainnya. Hal ini penting karena riwayat kesehatan
keluarga menunjukan apakah ada dalam keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama.
3)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara menyeluruh tapi
difokuskan pada sistem jantungnya. Pada penderita Hipertensi Heart Failure
ditemukan : Peningkatan vena jugularis, ronchi basah tidak nyaring, dispneanokrurial paroksimal dan ortopnea, batuk
pada malam hari, kardiomegali, edema pada pergelangan kaki, irama derap pada S3,
takikardia. (Arif Mansjoer, 1999 ; 434-435)
4)
Data biologis yang perlu dikaji pada penderita
Hipertensi Heart failure menurut (Marylin E. Doenges, 1999 ; 240).
a)
Pola nutrisi pada penderita Hipertensi Heart Failure
terganggu yang ditandai dengan kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan,
anoreksia.
b)
Pola eliminasi, BAB dab BAK
c)
Pola istirahat dan tidur, Klien bisa tidur karena
adanya batuk dan sesak napas pada malam hari.
d)
Pola aktifitas : Adanya kelelahan umum dan kelemahan
serta kelelahan otot.
5)
Data Psikologis
Pada penderita Hipertensi Heart failure
adanya faktor stress yang lama, kebiasan pola hidup yang jelek, aktifitas yang
berlebihan, ansietas dan faktor dai lingkungan sosial. (Marylin E. Doenges :
1999 ;241).
6)
Data Sosial
Menurut Marylin E. Doenges : 1999 ; 241
pada penderita Hipertensi Heart Failure adanya perasaan yang isolasi atau
penolakan karena penyakit serta perubahan pola biasa dalam tanggung jawab dan
perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.
7)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan seperti
pemeriksaan foto torax dapat mengarah ke cardio megali, corakan vaskular paru
menggambarkan kranialisasi, infiltrat perikardial kedua paru, dan efusi paru.
Fungsi EKG untuk melihat penyakit yang mendasari seperti infark miokard dan
aritmia. Pemeriksaan lain seperti HB, eletrolit, ekokardiografi, angiografi,
fungsi ginjal dan fungsi tiroid dilakukan atas dindikasi (Arif Mansjoer 1999 ;
435).
8)
Therapy
Menurut Arif Mansjoer : 1999 ; 43, 435.
Obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit Hipertensi Heart Failure :
a)
Digoksin oral 0,5
mg
b)
Digoksin Injeksi 0,75-1
mg IV
c)
Cedilanid Injeksi 1,2-1,6
MG
d)
ISDN 10-40
mg
e)
Nitrogliserin 0,4-0,6
mg
f)
Nitroprusid 0,5
ug/kg BB/menit IV
g)
Prazosin (Kaptropil) 2x6,5
mg
b.
Analisa data
Menurut Drs. Nasrul Effendy 1995 : 24,
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data tersebut dengan konsep teori dan
prinsip yang relavan untuk membuat kesimpulan dalam menetukan masalah kesehatan
dan keperawatan klien.
c.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawatan secara akontabilitas dapat mengidentifikasikan
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi mencegah dan merubahnya (Lynda J. carpenito 2000 Dikutip
dari Nursalam, 2001 : 35).
Diagnosa yang mungkin timbul pada penderita Hipertensi
Heart failure (Menurut Lynda J. carpenito. 2000 : 68).
1)
Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan
insufisiensi oksigen untuk aktifitas kehidupan sehari-hari.
2)
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan dispnea
nokturnal dan ketidakmampuan melakukan posisi tidur yang biasa.
3)
Perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan
dengan kongesti vena sekuner terhadap gagal jantung sebelah kanan.
4)
Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernapas
5)
Resiko tinggi inefektif pelaksanaan regimen terapeutik
yang berhubungan dengan kurang informasi tentang diet rendah garam, terapi obat
(Duiretuk, digitalis, vasodilator).
2.
Perencanaan
Adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan dari
diagnosa keperawatan. (Lyer, Taptica, dan Bernochi-Loser, 1996, Dikutip dari
Nursalam 2001 ;51).
Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh penderita Hipertensi
Heart failure adalah sebagai berikut :
a.
Penurunan cardiac output berhubungan dengan pengubahan
kontraktifilitas mio kardio, perubahan frekuensi irama dan konduksi listrik.
Tujuan :
1)
Klien menunjukan tanda vital dalam batas yang dapat
diterima (disritnya terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung
misalnya parameter hemodinamik dalam batas normal pengeluaran urine adekuat.
Tabel
2.1
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Catat bunyi jantung
|
S1 dan S2 mungkin lemah
karena menurunnya kerja pompa irama galok umum (S3 dan S4)
dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi. Murmur dapat
menunjukan incompetensi atau stenotis katup.
|
2
|
Pantau tekanan darah
|
Pada gagal jantung dini sedang atau kronis tekanan
darah meningkat sehubungan dengan SVR dan HCF lanjut tubuh tidak mampu
mengkonfensasi dan hipotensi tak normal lagi.
|
3
|
Auskultasi nadi avikal, kaji frekuensi, irama
jantung (dokumentasikan disrit mai bila tersedia disrit metri).
|
Biasanya taki kardi (meskipun pada saat istirahat)
untuk mengkompensasi penuranan kontraktilitas Pentikuler KAP, PAT, MAT, PEC
dan AF distritnya umum berkenaan dengan gagal jantung meskipun yang lainnya
terjadi.
Catatan :
Distrinya pentikuler yang tidak respontif terhadap
obat diduga anurisma pentikuler
|
4
|
Berikan oksigen pada tambah dengan kanula nassal
atau masker sesuai indikasi.
|
Meningkatkan kesediaan oksigen untuk kebutuhan
miokar untuk melawan efek hifoxia.
|
5
|
Berikan obat sesuai indikasi diuretik, vasodilator
sesuai dengan program pengobatan
|
Banyak obat yang dapat digunakan untuk
meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontratilitas dan penurunan
konesti.
|
2)
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen atau kebutuhan dan kelemahan pada
umumnya (imobilisasi).
a)
Klien dapat mencapai peningkatan toleransi aktifitas
yang dapat diukur dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda
vital DBN selama aktifitas.
b)
Klien berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan,
memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.
Tabel 2.2
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Periksa
tanda–tanda vital sebelum dan segera setelah aktifitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator dieurotik, penyekat beta.
|
Hipotensi
otoskatik dapat terjadi dengan katifitas karena efek obat (vasodilasi),
perpindahan cairan (dierurotik) atau pengaruh fungsi jantung.
|
2
|
Kaji
presivitator atau penyebab kelemahan contoh : pengobatan nyeri, dan otot.
|
Pada
gagal jantung dini sedang atau kronis tekanan darah meningkat sehubungan
dengan SVR dan HCF lanjut tubuh tidak mampu mengkonfensasi dan hipotensi tak
normal lagi.
|
3
|
Evaluasi
peningkatan intoleran aktifitas.
|
Dapat
menunjukan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktifitas.
|
4
|
Berikan
bantuan dalam aktifitas perawatan diri sesuai indikasi dan selingi periode
aktifitas dengan periode istirahat
|
Pemenuhan
perawatab diri pasien tampak mempengaruhi miokard atau kebutuhan oksigen atau
berlebihan
|
3)
Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan
atau pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman atau kesalahan persepsi
tentang hubungan fungsi jantung atau penyakit.
Tujuannya : Menyatakan pemahaman proses penyakit, melakukan perubahan
pola hidup untuk memperbaiki kesehatan, mengidentifikasi gejala yang memerlukan
evaluasi, menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adekuat.
Tabel 2.3
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Kaji kemampuan pasien untuk belajar
|
Belajar tergantung pada emosi dan kesehatan fisik
dan tindakan pada individu
|
2
|
Identifikasi gejala yang harus dilakukan oleh
perawat.
|
Dapat menunjukan kemampuan atau pengaktifan ulang
penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjutan.
|
3
|
Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus
pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat
|
Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien
untuk mengingat sejumlah informasi.
|
4)
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya
filtrasi glomerolus (penurunan curah jantung) atau meningkat produksi ADH dan
retensi natrium.
Tujuannya :
Klien dapat mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan
masukan dan pengeluaran, bunyi nafas bersih atau jelas, tanda vital dalam
rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada oedema.
Tabel
2.4
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Pantau
haluaran rine, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi.
|
Haluaran
urine mungkin sedikit dan pekat (khususnya dalam sehari) karena penurunan
perkusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga haluaran urine
dapat ditingkatkan pada malam atau selama tirah baring.
|
2
|
Pantau
atau hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
|
Therapy
diureutik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba atau berlebihan
(hipovolemia) meskipun oedema asites masih ada.
|
3
|
Pertahankan
duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama masa akut.
|
Posisi
terlentang meningkatkan piltrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan diureusis.
|
4
|
Kolaborasi
dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi misalnya diureutikcontoh
furosemid (lasik) bumetanidin (bumex).
|
Meningkatkan
laju aliran urine dan dapat menghambat reasorbpsi, natrium atau klorida pada
tubus ginjal.
|
3.
Implementasi
Tahap implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dan
renacana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Drs. Nasrul
Effendy, 1995 : 40).
Tahap implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan.
4.
Evaluasi
(Menurut Drs. Nasrul Effendy, 1995 ; 40). Tahap evaluasi
adalah perbandingan yang sistematik dan rencana tentang kesehatan klien dengan
tujuan yang telah diterapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
5.
Catatan Perkembangan
Menurut Drs. Nasrul Effendy, 1995 ; 42. catatan perkembangan
adalah merupakan bagian catatan klien yang berisi : Hasil pemeriksaan,
pengkajian, pesan dokter, ahli terapi yang terlibat. Semua catatan yang berisi
data dan topik masalah dengan informasi yang dicatat dalam format SOAP :
Keterangan
:
S : Subjektif adalah informasi
yang didapatdari pasien
O : Objektif adalah informasi yang didapatkan
berdasarkan pengamatan
A : Aseesment (Pengkajian) adalah analisa dari
masalah pasien
P : Planing of action adalah rencana tindakan yang
akan diambil
I : Implementasi adalah pelaksanaan tidnakan yang
telah direncanakan
E : Evaluasi adalah menilai hasil dari keseluruhan
yang telah dilaksanakan.
R : Reassement adalah mengkaji ulang tindakan
apabila muncul masalah baru.