BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah cairan
berlebihan dalam ruang pleural. Normalnya ruang ini mengandung sedikit cairan
ekstraseluler yang melumasi permukaan pleural. Empiema merupakan akumulasi pus
dan jaringan nekrotik dalam ruang pleural. Darah (hemotoraks) dan limfa atau
kilus (kilotoraks) juga bisa berkumpul diruang ini.
B. Tujuan
Ø Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan gangguan Efusi Pleura.
Ø Tujuan Khusus
-
Mahasiswa mampu
menjelaskan dan memahami tentang definisi Efusi Pleura
-
Mahasiswa mampu
menjelaskan dan memahami tentang Etiologi Efusi Pleura
-
Mahasiswa mampu
menjelaskan dan memahami tentang Patofisiologi Efusi Pleura
-
Mahasiswa mampu
menjelaskan dan memahami tentang tanda dan gejala Efusi Pleura
-
Mahasiswa mampu
menjelaskan dan memahami tentang komplikasi Efusi Pleura
C. Ruang Lingkup
Makalah Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan gangguan Efusi Pleura. Adapun ruang lingkup yang dibahas
dalam makalah ini mencangkup masalah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
gangguan Efusi Pleura.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini
dengan menggunakan studi perpustakaan yaitu dari berbagai literature yang ada
hubungannya dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Efusi Pleura.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan makalah ilmiah
ini adalah :
BAB I :
Pendahuluan terdiri dari pendahuluan, latar belakang, tujuan, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan
teori terdiri dari definisi Efusi Pleura, etiologi Efusi Pleura, patofisiologi
Efusi Pleura, tanda dan gejala Efusi Pleura, dan komplikasi Efusi Pleura.
BAB III :
Penatalaksanaan terdiri dari penatalaksanaan medik dan penatalaksanaan
keperawatan.
BAB IV :
Asuhan terdiri dari pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB V : Penutup
dari kesimpulan dan saran
BAB VI :
Daftar Pustaka
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Definisi
Efusi Pleura adalah suatu
keadaan dimana terdapat cairan berlebihan dirongga pleura, dimana kondisi ini
jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya (John Gibson, MD, 1995,
Waspadji sarwono (1999, 786).
Efusi pleura adalah suatu
keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara
pleura perietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau
cairan eksudat (pedoman diagnosis dan terapi/ UPF ilmu penyakit paru, 1994,
111).
Adapun definisi – definisi
lain secara umum adalah pengumpulan cairan didalam rongga pleura. Rongga pleura
adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga
dada. Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang
memisahkan kedua lapisan pleura. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul
didalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang
mengandung kolesterol tinggi. Hemotoraks (darah didalam ronga pleura) biasanya
terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya yaitu :
1.
Pecahnya sebuah
pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya kedalam rongga pleura
2.
Kebocoran aneurisma
aorta (daerah yang menonjol aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke rongga
pleura.
3.
Gangguan pembekuan
darah.
Darah
didalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna,sehingga mudah dikeluarkan
melalui sebuah jarum atau selang
Empiema (nanah didalam rongga pleura) bisa terjadi jika
pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa
merupakan komplikasi dari :
1.
Pneumonia
2.
Infeksi pada cedera
didada
3.
Pembedahan dada
4.
Pecahnya kerongkongan
5.
Abses diperut
Kilotoaks (cairan seperti susu didalam rongga dada)
disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama didada (duktus
torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor. Rongga cairan
yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi
pleura menahun disebabkan oleh tuberculosis atau arthritis rematoid.
B. Etiologi / Penyebab
Menurut Allsagaaf H, Amin M
Saleh, 1998, 68. Penyebab efusi pleura bermacam-macam seperti gagal jantung,
adanya neuplasma carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang
berasal dari orga n lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndroma
nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya.
Dalam keadaan normal, cairan
pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura
adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru – paru).
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbada :
a.
Efusi pleura
transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal
didalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah
gagal jantung kongestif.
b.
Efusi pleura
eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang sering kali disebabkan
paru-paru. Kanker, tuberculosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat,
asbestosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa
menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Penyebab lain dari efusi pleura :
1.
Kadar protein darah
yang rendah
2.
Sirosis
3.
Blastomikosis
4.
Koksidioidomikosis
5.
Histoplasmosis
6.
Abses dibawah
diafragma
7.
Pancreatitis
8.
Emboli paru
9.
Lupus eritomatosus
sistemik
10. Pembedahan jantung
11. Obat –obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid,
fenitoin, klorpomazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin).
12. Pemesanan selang untuk makanan atau selang intravena yang
kurang baik
C. PATOFISIOLOGI
Peningkatan tekanan
kapiler : subpleural/limfatik.
Penurunan tekanan osmotic koloid darah.
Peningkatan tekanan negative intrapleural.
Adanya inflamasi atau neuplastik pleura.
Penurunan tekanan osmotic koloid darah.
Peningkatan tekanan negative intrapleural.
Adanya inflamasi atau neuplastik pleura.
Akumulasi /
bendungan cairan dalam Pergesekan pleura / infeksi pleura
cavum pleura
cavum pleura
-
Fremitus menurun - Dispnea
-
Pekak - Nyeri
-
Egofoni
-
Dispnea
Pola nafas tidak efektif
Pengembangan dada tidak normal
Difusi terhambat
Hipoksis
D.
Tanda dan Gejala
- Manifestasi klinik efusi pleura akan akan tergantung dari jumlah cairan
yang ada serta tingkat konfrensi paru.
- Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya < 250 ml), mungkin belum
menimbulkan manifestasi klinik dan hanya dapat dideteksi dengan X-ray foto
toraks. Dengan membesarnya efusi akan terjadi retriksi ekspansi paru dan pasien
memungkinkan mengalami :
1. Dispneu bervariasi
2. Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder
akibat penyakit pleura
3. Trachea menjauhi sisi yang mengalami efusi
4. Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian
yang terkena efusi
6. Perkusi meredup diatas efusi pleura
7. Egofoni diatas paru-paru yang tertekan dekat efusi
8. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura
9. Fremitus vokal dan dada berkurang
10. Bunyi pendek dan lemah diarea yang mengalami efusi
11. Tidak enak badan
12. Demam
E. Komplikasi Efusi Pleura
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani
dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura
parietalis dan viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika
fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada
jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi)
perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna
yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis Paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
perbaikan jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
BAB III
PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan Medik
·
Kriteria
diagnosa :
ü Inspeksi : Tertinggal waktu respirasi, Intercosta
menonjol, Costa Asimetris.
ü Palpasi :
Fremitus menurun / negative
ü Perkusi : Pekak
ü Auskultasi : Suara nafas menurun, egofoni.
ü Dispnea, nafas sesak, rasa berat pada dada tang sakit.
ü Senang tidur pada arah yang sakit
ü Batuk.
·
Pemeriksaan
penunjang :
ü Rongent toraks
ü Biopsy pleura
ü Analisa cairan pleura
·
Terapi :
ü Thorakosintesis (pengeluaran cairan pleura)
ü Terapi sesuai penyakit dasar
2.
Penatalaksanaan Keperawatan
·
Ketidakefektifan
pola nafas b.d akumulasi cairan dalam cavum pleura
DO :
ü Pernafasan dan nadi meningkat
ü Penggunaan otot asesorius
ü Fremitus menurun
ü Pekak pada lapang dada
DS :
ü Sesak Nafas
·
Tujuan :
Pola nafas efektif (4-5 hari)
·
Kriteria :
ü Pernafasan 16-20 x / menit
ü Suara nafas bersih
ü Saturasi oksigen > 95%
ü Pernafasan vesikuler
ü Klien tampak tenang
·
Renpra :
1. Kaji status pernafasan klien
2. Kaji penyebab ketidak
efektifan pernafasan
3. Auskultasi bidang paru dan
observasi pernafasan klien
4. Monitor hal-hal yang
berhubungan dengan pernafasan : saturasi oksigen, AGD.
5. Monitor tingkat kesadaran dan
status mental
6. Monitor perubahan warna kulit,
membran mukosa, warna kuku (adanya sianosis).
7. Kurangi pengaruh negative
seperti kecemasan dan keletihan.
8. Latih nafas perlahan dan lebih
efektif
9. Beri periode istirahat,
setelah latihan dan aktifitas
10. Kolaborasi dengan dokter
untuk terapi, tindakan dan pemeriksaan
·
Bila WSD
dipasang :
11. Observasi undulasi, gelembung
udara pada botol penampung
12. Periksa adanya kebocoran
udara pada sisi pemasangan / unit drainase dada 2-4 jam
13. Klem selang bila terjadi
kebocoran
14. Viksasi selang WSD, untuk
mencegah kebocoran
15. Kolaborasi
untuk terapi O2, pemasangan selang dada (WSD), foto
toraks berseri, AGD.
·
Penyuluhan :
ü Olahraga ringan, latihan nafas dalam dan batuk efektif
ü Menjaga lingkungan dari polusi, seperti asap rokok dan
kendaraan
ü Follow up sesuai dengan anjuran medik
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pola
persepsi dan tata laksana hidup sehat
a. Adanya
tindakan medis dan perawatan dirumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi bisa juga menimbulkan
persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
b.
kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan obat-obatan
bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2. Pola
nutrisi dan metabolisme
a. Dalam
pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien.
b. Perlu
ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama masuk Rumah Sakit
pasien dengan efusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari
sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
c.
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. Pasien dengan
efusi pleura keadaan umumnya lemah.
3. Pola
Eliminasi
a. Pada
pengkajian eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan
sesudah msuk RS.
b. Karena
keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan
menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.
4. Pola
aktifitas dan latihan
a. Akibat
sesak nafas, kebutuhan jaringan O2 akan jarang terpenuhi
b. Pasien
akan cepat mengalami kelelahan pada aktifitas minimal
c. Disamping
itu pasien juga akan mengurangi aktifitas akibat adanya nyeri dada
d. Untuk memenuhi kebutuhan ADL
nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarganya.
5. Pola tidur
dan istirahat
a. Adanya
nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
b. Selain itu
akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke
lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar mandir, berisik dan
lain sebagainya.
6. Pola
hubungan dan peran
a. Akibat
dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalnya
pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya
sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.
b. Disamping
itu, peran pasien di masyarakat pun juga mengalami perubahan dan semua itu
mempengaruhi hubungan interpersonal pasien. Pola persepsi dan konsep diri.
c. Persepsi
pasien terhadap dirinya akan berubah.
d. Pasien
yang tadinya sehat, tiba-tiba sakit, sesak nafas, nyeri dada. Pasien mungkin
akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.
e. Dalam hal
ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
7. Pola
sensori dan kognitif
a. Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga
dengan proses berfikirnya.
8. Pola
reproduksi seksual
a. Kebutuhan
seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk
sementara waktu karena psien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih
lemah.
9. Pola penanggulangan
stress
a. Bagi pasien
yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin
pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau
mungkin orang yang mungkin dia anggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
10. Pola tata
nilai dan kepercayaan
a. Sebagai
seseorang yang beragama pasien akan mendekatkan dirinya kepada Tuhan bahwa
penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.
11.
Pemeriksaan umum
a. Status
Kesehatan Umum
b. Tingkat
kesadaran pasien yang perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum,
ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesia, sikap dan perilaku pasien
terhadap petugas, bagaimana mood pasien
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
12.
Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium
b. Darah
lengkap dan kimia darah
c.
Bakteriologis
d. Analisis
cairan pleura
e.
Pemeriksaan radiologis
f. Biopsi
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi
paru sekunder terhadap penumpukan cairan
dalam rongga pleura (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).
2. Perubahan nutirisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh, penurunan
nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen
(Barbara Engram, 1993).
3. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas).
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang menetap dan sesak
nafas serta perubahan suasana lingkungan.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelatihan (keadaan fisik yang
lemah).
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan
dengan terpajan informasi.
C. INTERVENSI
1. Ketidak efektifan pola pernafasan
Ø Kaji kualitas dan kedalaman pernafasan, penggunaan otot
asesoris.
Pernafasan : catat setiap
perubahan
Ø Kaji kualitas sputum :
a. Warna
b. Bau
c. Konsistensi
Ø Auskultasi bunyi nafas setiap 4 jam
Ø Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernafasan :
Posisi semi fowler tinggi
Ø Bantu dan ajakan klien untuk berbalik posisi, batuk dan
nafas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam
Ø Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat-obatan
2. Perubahan
nutrisi
Ø Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan,
integritas mukosa oral, riwayan mual / muntah atau diare
Ø Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak
Ø Kaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara
periodik
Ø Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan
pernafasan
Ø Dorong makan sedikit tapi sering dengan makanan tinggi
protein dan karbohidrat
Ø Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi
diet
3. Resiko
terhadap transmisi infeksi
Ø Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh : anggota
rumah, sahabat
Ø Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada
tisu dan hindari meludah secara teknik mencuci tangan yang tepat
Ø Kaji tindakan, kontrol infeksi sementara, contoh : masker
atau isolasi pernafasan
Ø Identifikasi faktor individu terhadap pengatifan terulang
tuberkulosis
Ø Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
Ø Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan departemen
kesehatan lokal
4. Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan
Ø Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah,
kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien
Ø Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan,
contoh : hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas
Ø Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang
diharapkan dan alasan pengobatan lama, kaji potensial interaksi dengan obat
lain
Ø Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan
masalah
Ø Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut
atau masalah, jawab pertanyaan secara nyata
Ø Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada
klien untuk rujukan, contoh jadwal obat
Ø Evaluasi kerja dan pengecoran logam / tambang gunung,
semburan pasir
5. Ketidak
efektifan bersihan jalan nafas
Ø Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan,
irama, dan kedalaman penggunaan otot aksesori
Ø Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif
Ø Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien
untuk batuk dan latihan untuk nafas dalam
Ø Bersihkan sekret dari mulut dan tracea
Ø Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari,
kecuali ada kontraindikasi
Ø Lembabkan udara respirasi
Ø Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik,
bronkodilator, dan kortikosteroid
6. Potensial
terjadinya kerusakan pertukaran gas
Ø Kaji dispnea, takipnea, menurunnya bunyi nafas,
peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada
Ø Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis,
perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa
Ø Tunjukan / dorong bernafas bibir selama ekshalasi
Ø Tingkatkan tirah bank / batasi aktifitas dan bantu
aktifitas perawatan diri sesuai keperluan
Ø Awasi segi GDA / nadi oksimetri
Ø Berikan oksigen tambahan yang sesuai
7. Gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur
Ø Kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat
sakit
Ø Observasi obat-obatan yang dapat diderita klien
Ø Mengawasi aktifitas kebiasaan penderita
Ø Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur
Ø Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman
D.
IMPLEMENTASI
Implementasi
merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat trhadap pasien. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan
diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi : keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta di dokumentasi intervensi dan respon klien.
Pada tahap
implementasi ini merupakan aplikasi secara konkrit dari rencana intervensi yang
telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada
klien.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawta dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah
tujuan dan rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan,
pasien :
a. Mampu
mempertahankan fungsi paru secara normal
b. Kebutuhan
nutrisi terpenuhi
c. Dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri sehari-hari untuk mengembalikan aktifitas seperti biasanya
d. Menunjukkan pengetahuan dan
gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak nafas, nyeri dada sehingga
dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat yang merawatnya
e. Mampu menerima
keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Efusi Pleura adalahpengumpulan
cairan didalam rongga pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak
diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada. Dalam keadaan normal,
hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura.
Penyebab efusi pleura
bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neuplasma carcinoma bronchogenic
dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru,
infark paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain
sebagainya.
B. Saran
Di harapkan
kepada mahasiswa mampu memahami isi dari makalah ini dan diharapkan kepada
mahasiswa tidak merasa puas dengan adanya makalah ini akan tetapi mahasiswa
berusaha untuk mengkaji kembali tentang Gangguan Efusi Pleura dan memunculkan inisiatif untuk
mencari sumber lain sehingga
menambah body of knowledge dalam asuhan keperawatan.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, C. Diane, Keperawatan
Medikal Bedah, Jakarta EGC : 2000
Marylin. E. Doengus, Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC : 1999
Mansjoer, Arief dkk, Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 3, Jakarta Media Aesculapius : 2001
Underwood, J.C.E , Patologi
Umum dan Sistematik. Edisi 2, Jakarta EGC : 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar