Rabu, 21 November 2012

Askep Efusi Pleura


BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Efusi pleura adalah cairan berlebihan dalam ruang pleural. Normalnya ruang ini mengandung sedikit cairan ekstraseluler yang melumasi permukaan pleural. Empiema merupakan akumulasi pus dan jaringan nekrotik dalam ruang pleural. Darah (hemotoraks) dan limfa atau kilus (kilotoraks) juga bisa berkumpul diruang ini.

B.    Tujuan
Ø  Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Efusi Pleura.

Ø  Tujuan Khusus
-          Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang definisi Efusi Pleura
-          Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang Etiologi Efusi Pleura
-          Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang Patofisiologi Efusi Pleura
-          Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang tanda dan gejala Efusi Pleura
-          Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang komplikasi Efusi Pleura

C.     Ruang Lingkup
Makalah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Efusi Pleura. Adapun ruang lingkup yang dibahas dalam makalah ini mencangkup masalah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Efusi Pleura.


D.    Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini dengan menggunakan studi perpustakaan yaitu dari berbagai literature yang ada hubungannya dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Efusi Pleura.


E.     Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan makalah ilmiah ini adalah :

BAB I     : Pendahuluan terdiri dari pendahuluan, latar belakang, tujuan, ruang lingkup,    metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II    : Landasan teori terdiri dari definisi Efusi Pleura, etiologi Efusi Pleura, patofisiologi Efusi Pleura, tanda dan gejala Efusi Pleura, dan komplikasi Efusi Pleura.
BAB III   : Penatalaksanaan terdiri dari penatalaksanaan medik dan penatalaksanaan keperawatan.
BAB IV   : Asuhan terdiri dari pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan  evaluasi.
BAB V    : Penutup dari kesimpulan dan saran
BAB VI   : Daftar Pustaka


BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Definisi
Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan dirongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya (John Gibson, MD, 1995, Waspadji sarwono (1999, 786).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura perietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat (pedoman diagnosis dan terapi/ UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).
Adapun definisi – definisi lain secara umum adalah pengumpulan cairan didalam rongga pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada. Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul didalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi. Hemotoraks (darah didalam ronga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya yaitu :
1.      Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya kedalam rongga pleura
2.      Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke rongga pleura.
3.      Gangguan pembekuan darah.
Darah didalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna,sehingga mudah dikeluarkan melalui sebuah jarum atau selang


Empiema (nanah didalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari :
1.      Pneumonia
2.      Infeksi pada cedera didada
3.      Pembedahan dada
4.      Pecahnya kerongkongan
5.      Abses diperut
Kilotoaks (cairan seperti susu didalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama didada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor. Rongga cairan yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi pleura menahun disebabkan oleh tuberculosis atau arthritis rematoid.

B.    Etiologi / Penyebab

Menurut Allsagaaf H, Amin M Saleh, 1998, 68. Penyebab efusi pleura bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neuplasma carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari orga n lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya.

Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru – paru).
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbada :
a.      Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal didalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
b.      Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang sering kali disebabkan paru-paru. Kanker, tuberculosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbestosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Penyebab lain dari efusi pleura :
1.      Kadar protein darah yang rendah
2.      Sirosis
3.      Blastomikosis
4.      Koksidioidomikosis
5.      Histoplasmosis
6.      Abses dibawah diafragma
7.      Pancreatitis
8.      Emboli paru
9.      Lupus eritomatosus sistemik
10.  Pembedahan jantung
11.  Obat –obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin, klorpomazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin).
12.  Pemesanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik






C.  PATOFISIOLOGI

Peningkatan tekanan kapiler : subpleural/limfatik.
Penurunan tekanan osmotic koloid darah.
Peningkatan tekanan negative intrapleural.
Adanya inflamasi atau neuplastik pleura.
 

Akumulasi / bendungan cairan dalam                                        Pergesekan pleura / infeksi pleura          
                  cavum pleura                                                                   
-          Fremitus menurun                                                      -   Dispnea      
-          Pekak                                                                           -   Nyeri
-          Egofoni
-          Dispnea

Pola nafas tidak efektif


Pengembangan dada tidak normal


               Difusi terhambat

       Hipoksis






D. Tanda dan Gejala
- Manifestasi klinik efusi pleura akan akan tergantung dari jumlah cairan yang ada serta                           tingkat konfrensi paru.
- Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya < 250 ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi klinik dan hanya dapat dideteksi dengan X-ray foto toraks. Dengan membesarnya efusi akan terjadi retriksi ekspansi paru dan pasien memungkinkan mengalami :
            1. Dispneu bervariasi
            2. Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleura
            3. Trachea menjauhi sisi yang mengalami efusi
            4. Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
            5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena efusi
            6. Perkusi meredup diatas efusi pleura
            7. Egofoni diatas paru-paru yang tertekan dekat efusi
            8. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura
            9. Fremitus vokal dan dada berkurang
            10. Bunyi pendek dan lemah diarea yang mengalami efusi
            11. Tidak enak badan
            12. Demam








E. Komplikasi Efusi Pleura
1.         Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran pleura tersebut.
2.         Atalektasis
Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3.         Fibrosis Paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan fibrosis.






                                                            
BAB III
PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medik
·        Kriteria diagnosa :
ü Inspeksi : Tertinggal waktu respirasi, Intercosta menonjol, Costa Asimetris.
ü Palpasi   : Fremitus menurun / negative
ü Perkusi   : Pekak
ü Auskultasi : Suara nafas menurun, egofoni.
ü Dispnea, nafas sesak, rasa berat pada dada tang sakit.
ü Senang tidur pada arah yang sakit
ü Batuk.

·         Pemeriksaan penunjang :
ü  Rongent toraks
ü  Biopsy pleura
ü  Analisa cairan pleura

·         Terapi :
ü  Thorakosintesis (pengeluaran cairan pleura)
ü  Terapi sesuai penyakit dasar



2. Penatalaksanaan Keperawatan
·         Ketidakefektifan pola nafas b.d akumulasi cairan dalam cavum pleura

DO :
ü  Pernafasan dan nadi meningkat
ü  Penggunaan otot asesorius
ü  Fremitus menurun
ü  Pekak pada lapang dada
              DS :
ü  Sesak Nafas

·         Tujuan :
Pola nafas efektif (4-5 hari)

·         Kriteria :
ü  Pernafasan 16-20 x / menit
ü  Suara nafas bersih
ü  Saturasi oksigen > 95%
ü  Pernafasan vesikuler
ü  Klien tampak tenang








·         Renpra :
1. Kaji status pernafasan klien
2. Kaji penyebab ketidak efektifan pernafasan
3. Auskultasi bidang paru dan observasi pernafasan klien
4. Monitor hal-hal yang berhubungan dengan pernafasan : saturasi oksigen, AGD.
5. Monitor tingkat kesadaran dan status mental
6. Monitor perubahan warna kulit, membran mukosa, warna kuku (adanya sianosis).
7. Kurangi pengaruh negative seperti kecemasan dan keletihan.
8. Latih nafas perlahan dan lebih efektif
9. Beri periode istirahat, setelah latihan dan aktifitas
10. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, tindakan dan pemeriksaan


·         Bila WSD dipasang :
11. Observasi undulasi, gelembung udara pada botol penampung
12. Periksa adanya kebocoran udara pada sisi pemasangan / unit drainase dada 2-4 jam             
13. Klem selang bila terjadi kebocoran
14. Viksasi selang WSD, untuk mencegah kebocoran
15. Kolaborasi untuk terapi O­2, pemasangan selang dada (WSD), foto toraks berseri, AGD.

·         Penyuluhan :
ü  Olahraga ringan, latihan nafas dalam dan batuk efektif
ü  Menjaga lingkungan dari polusi, seperti asap rokok dan kendaraan
ü  Follow up sesuai dengan anjuran medik



BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
       a. Adanya tindakan medis dan perawatan dirumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi   tentang kesehatan, tapi bisa juga menimbulkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
       b. kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
       a. Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien.
       b. Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama masuk Rumah Sakit pasien dengan efusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
       c. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. Pasien dengan efusi pleura keadaan umumnya lemah.





3. Pola Eliminasi
       a. Pada pengkajian eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah msuk RS.
       b. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi,  selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
4. Pola aktifitas dan latihan
       a. Akibat sesak nafas, kebutuhan jaringan O2 akan jarang terpenuhi
       b. Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktifitas minimal
       c. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktifitas akibat adanya nyeri dada
d. Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh     perawat dan keluarganya.
5. Pola tidur dan istirahat
       a. Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
       b. Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar mandir, berisik dan lain sebagainya.




6. Pola hubungan dan peran
       a. Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalnya pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.
       b. Disamping itu, peran pasien di masyarakat pun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal pasien. Pola persepsi dan konsep diri.
       c. Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah.
       d. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba sakit, sesak nafas, nyeri dada. Pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.
       e. Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
7. Pola sensori dan kognitif
       a. Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses berfikirnya.
8. Pola reproduksi seksual
       a. Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena psien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
9. Pola penanggulangan stress
       a. Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau mungkin orang yang mungkin dia anggap lebih tahu mengenai penyakitnya.



10. Pola tata nilai dan kepercayaan
       a. Sebagai seseorang yang beragama pasien akan mendekatkan dirinya kepada Tuhan bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.
11. Pemeriksaan umum
       a. Status Kesehatan Umum
       b. Tingkat kesadaran pasien yang perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesia, sikap dan perilaku pasien terhadap  petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
12. Pemeriksaan penunjang
       a. Pemeriksaan laboratorium
       b. Darah lengkap dan kimia darah
       c. Bakteriologis
       d. Analisis cairan pleura
       e. Pemeriksaan radiologis
       f. Biopsi






B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder  terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).
2. Perubahan nutirisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan  metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen (Barbara Engram, 1993).
3. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang menetap dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelatihan (keadaan fisik yang lemah).
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan terpajan informasi.

C. INTERVENSI
1. Ketidak efektifan pola pernafasan
Ø  Kaji kualitas dan kedalaman pernafasan, penggunaan otot asesoris.
Pernafasan : catat setiap perubahan
Ø  Kaji kualitas sputum :
a. Warna
b. Bau
c. Konsistensi
Ø  Auskultasi bunyi nafas setiap 4 jam

Ø  Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernafasan :
Posisi semi fowler tinggi
Ø  Bantu dan ajakan klien untuk berbalik posisi, batuk dan nafas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam
Ø  Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat-obatan
2. Perubahan nutrisi
Ø  Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayan mual / muntah atau diare
Ø  Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak
Ø  Kaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik
Ø  Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan
Ø  Dorong makan sedikit tapi sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat
Ø  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
3. Resiko terhadap transmisi infeksi
Ø  Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh : anggota rumah, sahabat
Ø  Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah secara teknik mencuci tangan yang tepat
Ø  Kaji tindakan, kontrol infeksi sementara, contoh : masker atau isolasi pernafasan
Ø  Identifikasi faktor individu terhadap pengatifan terulang tuberkulosis
Ø  Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
Ø  Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan departemen kesehatan lokal
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan
Ø  Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien
Ø  Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh : hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas
Ø  Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama, kaji potensial interaksi dengan obat lain
Ø  Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
Ø  Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab pertanyaan secara nyata
Ø  Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan, contoh jadwal obat
Ø  Evaluasi kerja dan pengecoran logam / tambang gunung, semburan pasir
5. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
Ø  Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman penggunaan otot aksesori
Ø  Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif
Ø  Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan untuk nafas dalam
Ø  Bersihkan sekret dari mulut dan tracea
Ø  Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari, kecuali ada kontraindikasi
Ø  Lembabkan udara respirasi
Ø  Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator, dan kortikosteroid
6. Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas
Ø  Kaji dispnea, takipnea, menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada
Ø  Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis, perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa
Ø  Tunjukan / dorong bernafas bibir selama ekshalasi
Ø  Tingkatkan tirah bank / batasi aktifitas dan bantu aktifitas perawatan diri sesuai keperluan
Ø  Awasi segi GDA / nadi oksimetri
Ø  Berikan oksigen tambahan yang sesuai
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur
Ø  Kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit
Ø  Observasi obat-obatan yang dapat diderita klien
Ø  Mengawasi aktifitas kebiasaan penderita
Ø  Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur
Ø  Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman


D. IMPLEMENTASI

       Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat trhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi : keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta di dokumentasi intervensi dan respon klien.
       Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara konkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada klien.




E. EVALUASI

       Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawta dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dan rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :
a.    Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
b.    Kebutuhan nutrisi terpenuhi
c.    Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk mengembalikan aktifitas seperti biasanya
d.    Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat yang merawatnya
e.    Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan







BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
              Efusi Pleura adalahpengumpulan cairan didalam rongga pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada. Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura.
Penyebab efusi pleura bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neuplasma carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya.

B. Saran
Di harapkan kepada mahasiswa mampu memahami isi dari makalah ini dan diharapkan kepada mahasiswa tidak merasa puas dengan adanya makalah ini akan tetapi mahasiswa berusaha untuk mengkaji kembali tentang Gangguan Efusi Pleura dan memunculkan inisiatif untuk mencari sumber lain sehingga menambah body of knowledge dalam asuhan keperawatan.







BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, C. Diane, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta EGC : 2000
Marylin. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC : 1999
Mansjoer, Arief dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3, Jakarta Media Aesculapius : 2001
Underwood, J.C.E , Patologi Umum dan Sistematik. Edisi 2, Jakarta EGC : 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar