“TETRALOGI OF FALLOT”
A. TINJAUAN TEORITIS
1.
DEFINISI
Tetralogi Fallot
merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak dijumpai.
Fallot pada tahun 1888,
mengemukakan 4 kelainan antomik berupa:
- Stenosis atau atresia pulmonal
- Dekstro posisi pangkal aorta
- Defek septum ventrikel
- Hipertrofi ventrikel kanan
2.
ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG
Jantung adalah
organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan
puncaknya di bawah. Apexnya miring kesebelah kiri berat jantung kira-kira
300gr.
Jantung berada didalam thorax,
antara kedua paru-paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap kekiri
daripada ke kanan.
Sebuah garis yang
ditarik dari tulang rawan iga ketiga kanan, 2 cm dari sternum, keatas ketulang
rawan iga kedua kiri, 1 cm dari sternum, menunjuk kedudukan basis jantung,
tempat pembuluh ,darah masuk dan keluar.
Ukuran jjantung
kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung terbagi 2 (dua) ruang yang atas
disebut atrium dan yang bawah disebut ventrikel.
Dan dikanan juga 1 atrium dan 1
ventrikel.
Jantung berfungsi sebagai pemompa
darah
3.
PATOFISIOLOGI
Tetralogi fallot adalah defek
jantung sianotik congenital yang terdiri dari empat defek structural:
1)
defek septum ventrikuler
2)
stenosis pulmoner, dapat berupa infundibular, valvular,
supravulvular, atau kombinasi, yang menyebabkan obstruksi aliran darah kedalam
arteri pulmoner.
3)
Hipertrofy ventrikel kanan dan
4)
Berbagai derajat penolakan aorta
Defek septum ventricular rata-rata
besar. Pada pasien dengan tetralogi fallot, diameter aortanya lebih besar dari
normal, sedangkan arteri pulmonernya lebih kecil dari normal. Gagal jantung
kongestif jarang terjadi karena tekanan didalam ventrikel kiri dan kanan sama
besar akibat defek septum tersebut.
Masalah utama dari gangguan ini
adalah hipoksia. Derajat sianosis berhubungan dengan beratnya obstruksi anatomi
terhadap aliran darah dari ventrikel kanan kedalam arteri pulmoner, selain
dengan status fisiologik anak tersebut.
Kebanyakan
anak dengan tetralogik fallot dicalonkan untuk menjalani bedah jantung, yang
umumnya dilakukan ketika anak tersebut berusia 1-4 tahun. Koreksi dengan
pembedahan diindikasikan anak dsengan hipoksia dan polisitemia berat
(hematokrit lebih dari 60%). Resiko bedah berkaitan dengan diameter arteri
pulmoner; resiko tersebut akan kurang dari 10% jika diameter arteri pulmoner
paling sedikit sepertiga diameter aorta.
4.
INSIDENS
1. tetralogi
fallot sama banyak dijumpai baik pada laki-laki maupun perempuan
2. insidens
lebih tnggi bila ibu yang melahirkan berusia tua
3. jarang
ada pasien yang bertahan hidup sampain diatas 20 tahun tanpa pembedahan
4. tetralogi
fallot mencakup 10% dari semua defek konginetal
5. tetralogi
,fallot mencakup 50% orang dengan defek jantung congenital yang tidak dioperasi
yang disertai dengan penurunan aliran ddarah pulmoner sesudah masa bayi
6. angka
mortalis untuk pasien yang menjalani bedah jantung adalah 5% (sedikit lebih
tinggi pada bayi) dan 10% untuk pasien-pasien yang memakai pirau
7. 10%
individu yang bertahan hidup menunjukkan hasil yang tidak memuaskan
5.
MANIFESTASI KLINIS
- sianosis muncul setelah usia beberapa bulan; jarang tampak pada saat lahir; bertambah berat secara progresif
- serangan hipersianotik
a. peningkatan
frekuensi dan kedalaman pernafasan
b. sianosis
akut
c. iritabilitas
system saraf pusat yang dapat berkembang sampai lemah dan pingsan dan akhirnya
menimbulkan kejang, stroke dan kematian (terjadi pada 35 kasus)
- jari tabuh (clubbing)
4.
pada awalnya tekanan ddarah normal dapat meningkat
setelah beberapa tahun mengalami sianosis dan polisitemia berat
5.
posisi jongkok klasik mengurangi aliran balik vena dari
ekstremitas bawah dan meningkatkan aliran darah pulmoner dan oksigenasi arteri
sistemik
6.
gagal tumbuh
7.
anemia menyebabkan perburukan gejala
a.
penurunan toleransi terhadap latihan
b.
peningkatan dispne
c.
peningkatan frekuensi hiperpne paroksimal
8.
dispne terjadi bila penderita melakukan aktivitas fisik
- pertumbuhan dan perkembangan dapat mengalami keterlambatan pada tetralogi fallot yang tidak diobati
- bising sistolis yang ditemukan sering kali terdengar keras dan kasar, bising tersebut dapat menyebar luas, terafi paling besar intensitasnya pada tepi kiri tulang dada
11. gigi-geligi
sedang dalam keadaan buruk
6.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari
gangguan ini antara lain adalah:
1. Penyakit
vaskuler pulmoner
2. Deformitas
pulmoner kanan
Komplikasi
berikut dapat terjadi setelah anastomosis Blalock Taussig:
1. Perdarahan
hebat terutama terjadi pada anak-anak dengan polisitemia
2. Emboli
atau trombosis serebri-resiko lebih tinggi pada polisitemia, anemia, atau
sepsis
3. Gagal
jantung kongestif jika piraunya terlalu besar
4. Oklusi
dini pada pirau
5. hemotoraks
6. Pirau
kanan-ke-kiri persisten pada tingkat atrium,terutama pada bayi
7. sianosis
persisten
8. kerusakan
nervus frenikus
9. efusi
pleura
7.
UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1.
sinar-x pada toraks—menunjukan peningkatan atau
penurunan aliran pulmoner,tidak ada bukti-bukti pembesaran jantung
2. elektrokardiogram(EKG)—menunjukan
hipertrofi ventrikel kanan,hipertrofi ventrikel kiri,atau keduanya
3. nilai
gas darah arteri—aliran darah pulmoner obstruktif(peningkatan tekanan parsial
karbondioksida(PCO2),penurunan tekanan parsial oksigen(Po2),dan penurunan pH)
4. hematokrit
atau hemoglobin-memantau viskositas darah dan mendeteksi adanya anemia
defisiensi besi
5. ekokardiogram—mendeteksi
defek septum,posisi aorta,dan stenosis pulmoner
6. kateterisasi
jantung—peningkatan tekanan sistemik dalam ventrikel kanan;penurunan tekanan
arteri pulmoner dengan penurunan saturasihemoglobin arteri
7. jumlah
trombosit—menurun
8. uji
telan barium—menunjukan pergeseran trakea dari garis tegah kea rah kiri
9.
radiogram abdomen –mendeteksi kemungkinan adanya
kelainan congenital lain
8.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Berikut ini
adalah obat-obatan yang dapat digunakan:
1. antibiotic-pemilihan
jenisnya tergantung dari hasil kultur dan uji sensatifitas: kadang-kadang
digunakan untuk profilaksis
2. diuretic
(kis, furosemid [lasix])- digunakan untuk meningkatkan diuresis: mengurangi
kelebihan cairan: digunakan dalam pengobatan yang berhubungan dengan gagal
jantung kongestif
3. digitalis-
meningkatkan kekuatan kontraksi jantung, isi sekuncup, dan curah jantung serta
menurunkan tekanan vena jantung : digunkana untuk mengobati .gagal jantung
kongesti dan arimia jantung tetentu (jarang diberi sebelum koreksi, kecuali
jika firau terlalu besar)
4. besi-
untuk mengatasi anemia
5. tropanolol
(inderal) sebuah beta bloker- menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi
serta iritabilitas miocar: dipakai untuk mencegah atau mengobati serangan
hipersianosis.
6. morfin,
sebuah analgesic- meningkatkan ambang rasa sakit: juga sipakai untuk mengobati
serangan hipersianosis dengan menghanmbvat pusat pernafasan reflek batuk
7. NaHCO3,
sebuah pengal kali sistemik kuat- dipakai untuk mengobati asidosis dengan
mengganti ion bikarbonat dan memulihkan kafasitas buffer tubuh
9. PENATALAKSANAAN BEDAH
a. Tindakan
Paliatif
Anastomisis blalock- taussig adalah interfensi paliatif yang
umumnya dianjurkan bagi anak yang tidak
sesuai untuk bedah korektif. Arteria subklavia yang behadapan dengan sisi
lengkung aorta diikat, dibelah, dan dianastomosiskan kearteri pulmonal kntra
lateral. Keuntungan pirau ini adalah kemampuannya mambuat pirau yang sangat
kecil, yang tumbuh bersama anak, dan kenyataan bahwa mudah mengangkatnya selama
perbaikan defenitif. Dengan pirau ini, ukurannya dapat lebih dikendalikan, dan
lebih mudah diangkat karena kebanykan seluruh perbaikan tuntas dilakukan pada
anak yang masih sangat muda.
Konsekuensi hemodinamik dari pirau
blalock-taussig adalah untuk memungkinkan darah sistemik memasuki sirkulasi
pulmoner melalui arteri subklavia, meningkatkan aliran darah pulmoner dengan
tekanan rendah, sehingga menghindari kongesti paru. Aliran darah ini
memungkinkan stabilisasi status jantung dan paru sampai anak itu cukup besar
untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman.
Anastomisis Waterston-Cooley. Adalah prosedur paliatif yang
digunakan untuk bayi dengan defek yang menurunkan aliran darah paru, seperti
tetralogi Fallot (TF). Prosedur ini merupakan prosedur jantung tertutup, yaitu
aorta desendens posterior secara langsung dijahit pada bagian anterior arteri
pulmoner kanan, membentuk sebuah fistula. Pirau ini sulit diangkat selama
perbaikan definitive.
Respons hemodinamik yang diharapkan
adalah agar darah dari aorta mengalir dari arteri pulmoner dan dengan demikian
meningkatkan aliran darah pulmoner. Prosedur ini akan mengurangi terjadinya
anoksia, sianosis, dan jari tabuh. Dalam prosedur ini dihasilkan murmur yang
mirip dengan bunyi mesin.
b. .Perbaikan Definitif
Dulu perbaikan tuntas tetralogi
Fallot ditunda pelaksanaannya sampai anak memasuki usia prasekolah, tetapi
sekarang, perbaikan tersebut dapat dengan aman dikerjakan pada anak-anak yang
berusia 1 dan 2 tahun. Indikasi untuk pembedahan pada usia yang sangat muda ini
adalah polisitemia berat (hematokrit di atas 60%), hipersianosis, hipoksia, dan
penurunan kualitas hidup. Pada pembedahan tersebut dibuat insisi sternotomi
median, dan bypass kordiopulmoner, dengan hipotermia profunda pada beberapa
bayi.
Jika sebelumnya sudah terpasang
pirau, pirau tersebut harus diangkat. Kecuali jika perbaikan ini tidak dapat
dilakukan melalui atrium kanan, hendaknya dihindari ventrikulo kanan karena
berpotensi mengganggu fungsi ventrikel. Obstruksi aliran keluar dari ventrikel
kanan dihilangkan dan dilebarkan, menggunakan Dacron dengan dukungan perikard.
Hindari insufiensi paru. Katup pulmoner diinsisi. Defek septum ventrikuli
ditutup dengan tambalan Dacron untuk melengkapi pembedahan. Pada kasus
obstruksi saluran keluar ventrikel kanan, dapat dipasang sebuah pipa.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
a. Kaji
tingkat aktifitas dan status kardiopulmoner
b. Kaji
adanya perubahan status kardiopulmoner
c. Kaji
adanya tanda dan gejala masalah kolaboratif potensial (komplikasi): perdarahan, gagal jantung kongesif,
aritmia, regurgitasi pulmoner persisten, curah jantung rendah, hipertensi
pulmoner, efusi pleura, gangguan keseimbangan elektrolit, kelebihan cairan,
hepatomegali, dan komplikasi neurologik.
d. Kaji
adanya nyeri pasca bedah
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Intoleransi
aktivitas
b. Ansietas
c. Takut
d. Penurunan
curah jantung
e. Perubahan
perfusi jaringan
f. Kelebihan
volume cairan
g. Resiko
tinggi infeksi
h. Resiko
tinggi cedera
i.
Perubahan proses keluarga
j.
Koping individu tidak efektif
k. Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
l.
Resiko tinggi perubahan dan perkembangan
m. Resiko
tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif
3.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Perawatan
Pemeliharaan
1.
Pantau adanya perubahan status kardiopulmoner.
2.
Pantau dan pertahankan status hidrasi
a.
asuhan dan keluaran
b.
tanda-tanda dehidrasi
3.
Pantau respon anak terhadap pengobatan
a.
besi – untuk anemia defisiensi besi dan polisitemia
b.
Antibiotik – diberikan sebelum, selama, dan sesudah
pembedahan sebagai profilaksis terhadap endokarditis bacterial subakut
c.
Diuretik (furusemid) – untuk gagal jantung kongesti
sebelum atau sesudah pembedahan
d.
Digitalis – untuk gagal jantung kongesti sebelum dan
sesudah pembedahan
e.
Morfin – untuk mengatasi serangan hipersianosis
f.
Propanolol – untuk mengatasi serangan hipersianosis (penatalaksanaan
jangka-panjang)
g.
Natrium bikarbonat – jika timbul asidosis yang
dilaporkan
4. Memberi
makanan tinggi zat besi (untuk mengobati anemia defisiensi besi) dan protein
(untuk meningkatkan penyembuhan)
a. sereal,
kuning telur, dan daging
b. suplemen
besi
5.
Beri tambahan oksigen bila perlu dan pantau respons
anak
a. pantau
status pernapasan
b. pantau
warna
c. Gunakan
dan pertahankan alat respiratori (masker, ventilator, atau tent oksigen)
6. Pantau
adanya tanda-tanda komplikasi dan respons anak tehadap program pengobatan.
a. Asidosis
b. Anemia
c. Abses
otak
7.
Observasi adanya kerusakan nervus frenikus dan
paralysis diafragma
8.
Observasi adanya komplikasi pernapasan
PERAWATAN PRABEDAH
1.
Siapkan anak untuk pembedahan dengan memperoleh data
pengkajian.
a. Pemeriksaan
darah lengkap, urinalisis, glukosa serum, dan nitrogen urea darah (BUN)
b. Elektrolit
dasar
c. Koagulasi
darah
d. Golongan
darah dan pencocokan silang
e. Sinar-x
thoraks dan EKG
2.
Beri penjelasan tentang persiapan bedah sesuai dengan
usia anak
3. Jangan
tekanan darah atau mengambil darah arteri pada lengan dengan pirau potensial.
PERAWATAN PASCABEDAH
Anastomosis Blalock-Taussig atau
Waterston – Cooley
1.
Kaji status klinik anak.
a. segera
setelah pembedahan, lengan dengan arteri subklavia terkait akan dingin dan
tanpa tekanan darah (anastomosis Blalock-Taussig).
1). Flush blood pressure akan sama dengan tekanan darah arterial (tidak
ada tekanan darah pada lengan pirau).
2). Perhatikan tekanan nadi: tekanan nadi yang melebar mengindikasikan
pirau yang besar.
b. Perhatikan
nadi: nadi melompat-lompat menunjukan pirau besar.
c. Perhatikan
sianosis: hipoksemia atau tanda-tanda asidosis menunjukan oklusi dini dari
pirau.
d. Kaji
adanya sindrom Horner.
2.
Pantau adanya komplikasi pascabedah pada anak
(anastomosis Waterston- Cooley).
a. Perdarahan
b. Gagal
jantung kongesti jika pirau terlalu besar
c. Peningkatan
aliran darah pulmoner dan hipertensi pulmoner.
3. Pantau
respons anak terhadap pemberian obat digitalis dan diuretic diberikan jika perlu.
4.
Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit .
a.
Pantau adanya tanda-tanda dehidrasi- kurang air mata,
kulit kendur, berat jenis lebih dari 1,020, dan penurunan keluaran urine atau
berat badan.
b. Pantau
cairan pada 50% sampai 75% volume rumatan selama 24 jam pertama (1000ml/m,
kemudian 1500ml/m).
5.
Tingkatkan dan pertahankan status respiratori yang
optimal.
a. Lakukan
perkusi dan drainase postural setiap 2 sampai 4 jam.
b. Gunakan
pengisapan bila perlu.
c. Gunakan
spinometer setiap 1 sampai 2 jam selama 24 jam, kemudian setiap 4 jam.
6.
Pantau dan redakan rasa sakit anak
PEMBEDAHAN KOREKTIF UNTUK TETRALOGI FALLOT
1.
Pantau status kliniks anak dan pantau adanya komplikasi
pasca bedah.
- Aritmia
1). Block cabang
ikatan kanan akibat ventrikulostomi kanan atau perbaikan defek septum
ventricular
2). Block jantung
komplet
3). Aritmia
supraventikuler
4). Takikardia
ventricular
B.
Gagal jantung kongestif akibat insisi pada ventrikel
kanan, yang mengurangi kemampuan memompa jantung (lebih sering terjadi jika
terdapat hipertensi pulmoner).
- Perdarahan akibat jumlah trombosit yang rendah pada anak dengan polisitemia.
- Curah jantung rendah (penyebab kematian yang paling umum)
- Komplikasi neurologik akibat tromboemboli
- Regirgitasi pulmoner persisten
- Defek septum ventricular residual(menyerang 10% pasien)
2.
Pantau respons anak terhadap pengobatan.
a. Penekan
untuk curah jantung rendah
b. Digitalis
dan diuretic beberapa minggu sampai bulan setelah pembedahan untuk
mengendalikan gagal jantung kongestio
3. Pantau
fungsi jantung anak setiap jam selama 24 sampai 48 jam, kemudian setiap 4 jam.
a. Tanda
–tanda vital, termasuk suhu rectal
b. Warna
c. Nadi
perifer dan masa pengisian kapiler
d. Tekanan
darah arteri dan tekanan vena sentral
e. Hepatomegali
f. Edema
periorbital
g. Efusi
pleura
h. Pulsus
padadoksus
i.
Bunyi jantung
j.
Asites (jarang)
4.
Pantau adanya eritema jantung
5.
Pantau adanya tanda dan gejala perdarahan
a. Kaji
keluaran dari selang dada anak setiap jam
b. Kaji
adanya perdarahan dari tempat lain
c. Pertahankan
dengan ketat asupan dan keluaran
d. Kaji
adanya lesi ekimosis dan petekia
6.
Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit anak
a. Cairan
IV sebanyak 50% sampai 75% dari volume
rumatan selama 24 jam pertama (1000ml/m, kemudian 1500ml/m)
b.Tanda dan gejala
7.
Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan dan
eletrolit anak
a. Lakukan
fisioterapi dada
b.
Letakkan anak dalam posisi seemi fowler
c.
Lembabkan udara
d.
Pantau adanya silotoraks
e.
Beri obat pereda nyeri secukupnya
8.
Berikan kebutuhan emosional anak dan keluarga
9.
Pantau dan redakan nyeri yang dialami anak
10. Beri
stimulasi dan aktivitas perkembangan secukupnya.
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.
Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai
dengan usia
2.
Anak berpartisipasi dalam aktavitas fisik yang sesuai
dengan usia
3.
Anak bebas dari komplikasi pascabedah
Bab III
PENUTUP
Tetralogi of fallot merupakan
kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak dijumpai.
Secara anatomis tetralogi of Fallot terdiri dari defek septum ventrikel
subaortik yang besar dan stenosis pulmonal infundibular.
Manifestasi klinis dari tetralogi
of fallot yaitu,
a.
Sianosis
b.
Serangan hipersianotik
c.
Jari tabuh
d.
Gagal tubuh
e.
Dispnea
Penatalaksanaan tetralogi of fallot
dapat berupa:
penatalaksanaan medis
penatalaksanaan bedah
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily . 2002. Buku Saku Keperawatan Bedah
Pediatri. Edisi 3 . EGC: Jakarta
Pearce. Evelyn C. 2002. Anatomi dan
Fisiologi untuk paramedic. PT. Gramedia:
Jakarta
Markum, A. H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak. FKUI: Jakarta
Merenstein. Gerald B. 2002. Buku Pegangan
Pediatri. Widya medika: Jakarta
Nelson. 1999. Ilmu Keperawatan Anak Edisi 15
Volume 2. EGC: Jakarta
Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. EGC:
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar