BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk
biologi – psikologi – sosial – spiritual yang mempunyai kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut sangat dipengaruhi oleh
keadaan sehat dan sakit yaitu keaadaan penyesuaian terhadap situasi yang timbul
dan merupakan keberhasilan atau kegagalan yang dialami dalam memepertahankan
keseimbangan. Bagi individu yang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi yang
timbul maka akan mencapai kesehatan yang optimal, tetapi bagi yang tidak mampu
menyesuaikan diri akan mengalami gangguan kesehatan termasuk kesehatan jiwa.
Kesehatan jiwa merupakan
bagian dari kesehatan yaitu suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya
perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain.
Berbagai jenis gangguan
kesehatan jiwa dapat terjadi pada individu salah satunya skizoprenia.
Skizoprenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada
kepribadian distorsi khas proses pikir, waham dan gangguan persepsi (Mansjour,
1998:143). Menurut Townsend alih bahasa daulima N.H (1998:143) menyatakan bahwa
skizopenia paranoid mempunyai perilaku khas paranoid dan menarik diri secara
ekstrim, gangguan persepsi sensori: halusinasi.
Berkenaan dengan dampak
yang terjadi akibat adanya halusinasi lihat, penulis tertarik membuat makalah
tentang asuhan keperawatan pada klie
skizopenia paranoid dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada klien Tuan T dengan
Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Lihat Akibat Skizopenia paranoid di
Ruang Flamboyan RS Jiwa bandung”.
B.
Tujuan
1.Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi
biologi, psikologi, sosial dan spiritual pada klien dengan Perubahan Sensori
Persepsi: Halusinasi Lihat Akibat Skizopenia Paranoid di Ruang Flamboyan RS
Jiwa bandung”.
2.. Tujuan Khusus
Mahasiswa
dapat:
a.
Melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan
Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi Lihat Akibat Skizopenia Paranoid di
Ruang Flamboyan RS Jiwa bandung”.
b.
Membuat perencanaan keperawatan pada klien dengan
Gangguan Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi Lihat Akibat Skizopenia
Paranoid di Ruang Flamboyan RS Jiwa bandung”.
c.
Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan
Gangguan Perubahan Sensori persepsi: Halusinasi Lihat Akibat Skizopenia Paranoid
di Ruang Flamboyan RS Jiwa bandung”.
d.
Melakukan evaluasi keperawatan pada klien Gangguan
Perubahan Sensori persepsi: Halusinasi
Lihat Akibat Skizopenia Paranoid di Ruang Flamboyan RS Jiwa bandung”.
e.
Mendokumentasikan asuahn keperawatan yang telah
dilaksanakan.
C. Metode Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi kasusu dan
metode studi pustaka, sedangkan tekhnik pengumpulan data yang dipakai:
a.
Observasi dengan cara mengamati perilaku klien baik
verbal maupun nonverbal
b.
Wawancara yaitu melakukan komunikasi verbal dengan
klien dan perawat ruangan
c.
Studi kepustakaan
d.
Studi dokumentasi dari status klien
D. Sistematika Penulisan
Bab
I Pendahuluan
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan penulisan
C.
Metode penulisan
D.
Sistematika Penulisan
Bab
I I Tinjauan teori
A.
Konsep Dasar Teori
a.
Pengertian
b.
Psikodinamik
c.
Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
B.
Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Konsep Diri: harga Diri Rendah
1.
Pengkajian
1.Pengumpulan data
2.Analisa data
2.
Diagnosa keperawatan
3.
Perencanaan
4.
Implementasi
5.
Evaluasi
Catatan
perkembangan
Bab
III Tinjauan kasus
Bab
IV kesimpulan
Daftar
Pustaka
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
I.
KONSEP
DASAR
A.
Pengertian
1. Skizofrenia adalah psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada proses berfikir serta perpecahan antara proses berfikir,
afek, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan terutama karena waham
dan halusinasi ( Maramis, 1998 : 766 )
2. Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa
yang terdiri dari suatu kelompok sindrom klinis yang sdinyatakan dengan
kelainan dalam isi dan organisasi fikiran, persepsi masukan sensori, ketegangan
afek, identitas, kemauan, psikomotor dan kemampuan untuk menetapkan hubungan
interpersonal yang memuaskan ( Townsend, alih bahasa Helena , 1998 : 143 )
3. Skizofrenia
paranoid adalah jenis skizofrenia yang sering dijumpai di negara manapun.
Gambaran klinis didominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil,
seringkali bersifat paranoid, biasanya disertai halusnasi-halusinasi, terutama
halusinasi pendengaran dan gangguan-gangguan persepsi ( Depkes RI , 1993 : 110
)
4. Perubahan
persepsi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah
dari stimulus yang mendekat disertai denagn suatu pengurangan,
berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus (
Townsend, alih bahasa Helena, 1998 : 143 )
5. Halusinasi
adalah pengalaman pancaindera tanpa adanya rangsangan atau stimulus ( Hawari,
1998 : 143 )
6. Halusinasi
penglihatan adalah klien melihat gambaran yang jelas / samar-samar tanpa
stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihatnya.
7. Halusinasi
penglihatan adalah stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar
geometric, gambar karton, dan/atau panorama yang luasdan kompleks. Penglihatan
dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan seperti monster. (
Stuart and Sundeen, Alih bahasaAchir Yani S. Hamid, 1998 : 306 )
B.
Psikodinamika
Halusinasi
Rentang
respon neurobiologis individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan
maladaptive.
1.
Rentang respon neurobiologis dari respon adaptif sampai
maladaptive.
Respon adaptif Respon Maladaptif
-
Pikiran logis -
Pikiran kadang-kadang - Kelainan
pikiran
-
Persepsi akurat menyimpang -
Halusinasi
-
Emosi konsisten -
Illusi -
Ketidakmampuan
dengan pengalaman - Reaksi emosional untuk mengalami
-
Perilaku sesuai berlebih atau kurang emosi
-
Hubungan sosial -
Perilaku ganjil/tak lazim -
Ketidakteraturan
- Menarik diri - Isolasi diri
2.
Proses Terjadinya Halusinasi Lihat
Klien denagn skizofrenia paranoid memiliki sifat curiga yang berlebihan
pada orang lain, hati-hati, tidak ramah, mudah tersinggung, suka menyendiri,
sombong dan mudah tegang sehingga apabila klien mempunyai masalah,maka
ketegangan akan semakin memuncak, sifat suka menyendiri dan curiga yang
berlebihan membuat kien enggan untuk menceritakan masalah yang dihadapinya,
cenderung memendam masalah. Keadaan seperti ini membuat kecemasan semakin
meningkat yang menyebabkan metabolisme tubuh terganggu, terutama daerah otak,
termasuk system limbic, korteks frontalis dan basal ganglia, sehingga akan
mengeluarkan suatu zat yang bersifat halusinogenik melalui system limbic yaitu
dopamine neurotransmitter. Kurangnya komunikasi klien denagn individu lain
menyebabkan terjadinya halusinasi lihat.
3.
Tanda dan gejala halusinasi lihat pada skizofreni
paranoid
a.
Tiba-tiba tampak tergagap, ketakutan atau ditakuti oleh
orang lain, benda mati atau stimulus yang tidak terlihat
b.
Tiba-tiba berlari ke ruangan lain
C.
Dampak gangguan persepsi : Halusinasi lihat terhadap kebutuhan dasar
manusia
1. Kebutuhan
fisiologis
a.
Nutrisi
Terjadi penurunan berat badan karena klien asyik denagn halusinasinya,
terlebih jika halusinasi sudah ke tahap lanjut, maka kebutuhan nutrisi klien
akan terganggu karena halusinasi telah menguasai sehungga klien sulit untuk
melakuakn aktivitas lain untuk pemenuhan kebutuhan nutrisinya.
b.
Istirahat tidur
Klien akan mengalmi gangguan dalam kebutuhan istirahat tidur karena klien
sangat terfokus pada halusinasinya. Halusinasi akan menguasai klien dan klien
akan mengalami kecemasan dan ketegangan dan merangsang RAS ( Retikular
Activating System ), sehingga klien akan sulit tidur.
c.
Aktivitas Sehari-hari (ADL )
Klien dengan haluinasi lihat sulit untuk melakukan aktivitas, baik yang
berkaitan dengan perawatan diri maupun aktivitas sehari-hari karena
perhatiannya terganggu oleh halusinasi, baik pada tahap awal maupun lanjut
ketika halusinasinya telah menguasainya.
2. Kebutuhan
rasa aman dan keselamatan
Tahap awal halusinasi klien merasa aman dan nyaman dengan halusinasinya,
karena klien beranggapan bahwa halusinasi dapat mengurangi ketegangan yang
dihadapinya. Namun pada tahap lanjut klien akan merasa ketakutan karena
halusinasi menguasainya.
3. Kebutuhan
rasa cinta dan memiliki
Klien mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ini yaitu denagn
membina hubungan interpersonal yang baik termasuk hubungan untuk mencintai dan
dicintai karena adanya perasaan curiga dan tidak percaya diri.
4. Kebutuhan
harga diri
Klien dengan halusinasi cenderung tidak mapu melaksanakan fungsi perannya
denga baik didasari oleh kegagalan dalam waktu yang lama dan rasa tidak percaya
mengakibatka klien merasa tidak berharga, tidak berguna sehingga harga diri
kien rendah.
5. Kebutuhan
aktualisasi diri
Umumnya klien dengan halusinasi lihat acuh tak acuh terhadap diri sendiri
maupun lingkungan. Ini dikarenakan klien tidak dapat berhubungan dengan realita
sehingga kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi.
II. KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
LIHAT
A. Pengkajian
Merupakan tahap awal proses keprawatan . Pengkajian terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
1.
Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah untuk menilai status kesehatan serta kemungkinan
adanya masalah keperawatan yang segera harus mendapat penyelesaian, sedangkan
data yang didapatkan bias berupa data subjektif yang diperoleh langsung dari
klien atau keluarga dan data objektif yang diperoleh dari pemeriksaan langsung,
pengumpulan data meliputi :
a.
Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, alamat, status marital, suku bangsa, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, no medrec dan alamat.
b.
Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
c.
Alasan masuk RS dan factor presipitasi
Mengkaji tentang alas an klien masuk RS, pada umumnya klien dengan
halusinasi dengan gejala-gejala tahap awal yaitu : klien terlihat tertawa,
bicara sendiri, sedangkan pada tahap lanjut yaitu panik, amuk dan mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Umumnya pencetus halusinasi disebabkan oleh beberapa factor diantaranya
social budaya.
d.
Faktor predisposisi
Seseorang yang mengalami halusiasi dikarenakan adanya factor pendukung
yaitu fakto-faktor perkembangan terhambat yang akan mengganggu hubungan
interpersonal yang akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang dapat berakhir
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi lihat.
Faktor pendukung terjadinya halusinasi lihat akibat skizofrenia paranoid
antara lain :
1). Faktor biologis
-
Adanya faktor genetis ( memiliki anggota keluarga
dengan halusinasi akibat skizofrenia paranoid : orang tua, saudara kandung atau
saudara yang lain )
-
Adanya kecacatan sejak lahir pada bagian hypocampus
otak dan peningkatan dopamine neurotransmitter merupakan indikasi adanya
kelainan psikotik seperti halusinasi ( Townsend, Alih bahasa Helena, 1998 : 146
)
2). Faktor psikososial
Adanya disfungsi keluarga / masyarakat seperti konflik antara keluarga
atau adanya perkembangan norma yang berlaku di masyarakat yang akan menyebabkan
stress pada individu ( Townsend, Alih bahasa Helena, 1998 : 147 )
Pengkajian predisposisi meliputi :
a)
Riwayat gangguan jiwa pada masa lalu
Menanyakan apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, kapan
mulai terjadi, gejala dan pengobatan, ditanya langsung pada klien atau
keluarga.
b)
Riwayat sakit fisik
Tanyakan pada klien atau keluarga adakah yang mengalami penyakit fisik
yang sedang atau pernah dialami klien.
c)
Riwayat gangguan jiwa pada keluarga
Tanyakan pada klien atau keluarga adakah anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, kapan terjadinya, gejala, terapi serta perkembangan keadaan saat
ini. Hubungan dengan klien digambarkan melalui genogram yang dibuat 3 generasi
ke atas.
d)
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Riwayat tumbuh kembang klien dimulai dari masa di dalam kandungan sampai
kondisi saat ini. Apakah pada tahap-tahap perkembangannya ada yang mengalami
gangguan jiwa dan bagaimana cara penyelesaiannya. Pengalaman masa lalu seperti hal yang tidak menyenangkan
bias berupa kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dll.
e.
Pengkajian Fisik
a)
Pemeriksaan per system
(1). Sistem Integumen
Biasanya kulit akan kotor, lengket dan bau badan , rambut kotor, ada juga
ruam kulit yang mungkin disebabkan dari efek obat yang klien minum.
(2). Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah dan denyut nadi dapat meningkat terutama bila tejadi
kecemasan, selain itu dapat juga terjadi pusing saat berubah posisi dari
berbaring ke posisi duduk atau hipotensi orthostatik.
(3). Sistem
Respirasi
Pada system ini kaji frekuensi pernafasan, frekuensi nafas dapat menurun
karena kemungkinan disebabkan oleh aktifitas klien yang kurang.
(4). Sistem
Gastrointestinal
Dapat ditemukan penurunan nafsu makan karena kurangnya gairah untuk
makan, selainitu dapat pula ditemukan gejala bibir kering dan konstipasi yang
merupakan efek samping dari psikotik.
(5). Sistem
Urologi
Menurut Townsend , klien dengan halusinasi lihat apabila diberi obat antipsikotik
dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya retensi urine. Pasien dengan
halusinasi akan menarik diri dari kebutuhan personal hygene tidak terpenuhi,
BAK di tempat karena malas.
(6). Sistem
Reproduksi
Klien dengan halusinasi lihat apabila diberi obat antipsikotik dalam
jangka waktu yang lama maka akan menyebabkan ejakulasi dini, penurunan libido
atau gynekomastia.
(7). Sistem
Persyarafan
Klien dengan skizofrenia paranoid biasanya ada gejala ekstrapiramidal
seperti tremor, rigiditas dan distonia.
(8). Sistem
Muskuloskeletal
Umumnya terdapat kelemahan otot akibat penggunaan obat antipsikotik yang
lama.
(9). Sistem
hemopoetik
Biasanya terdapat kadar haemoglobin yang rendah akibat pengobatan yang
lama.
(10). Sistem Endokrin
Kaji apakah ada pembesaran tyroid atau paratyiroid akibat pengobatan yang
lama.
(11). Sistem Penginderaan
Indera penglihatan klien dengan halusinasi lihat pada dasarnya tidak
mengalami gangguan atau kelainan. Indera penglihatan biasanya menjadi kabur
akibat pengobatan.
b)
Kebutuhan istirahat tidur
Klien dengan halusinasi akan mengalami gangguan dalam pemenuhan istirahat
tidur karena klien sangat terfokus pada halusinasi, bila halusinasi telah
menguasai maka akan timbul ketegangan dan kecemasan yang akan merangsang RAS
sehingga klien akan sulit tidur.
f.
Status mental
1)
Penampilan
Klien dengan halusinasi dengar biasanya kurang berminat terhadap
perawatan diri, klien tampak kotor, kucel, bau, tidak rapi,bicara klien
hati-hati kontak mata mudah beralih karena sering munculnya halusinasi.
2)
Status Emosi
Emosi klien terlihat bersedih, putus asa karena perasaan takut dan
kecemasan yang meningkat klien menunjukkan afek datar atau tidak sesuai.
3)
Persepsi halusinasi
Apakah klien mengalami halusinasi dalam bentuk penglihatan, pendengaran
dan penciuman itu mungkin saja terjadi. Perlu dikaji tentang isi, frekuensi,
perasaan klien saat halusinasi itu muncul dan tindakan yang biasa dilakukan
saat halusinasi itu muncul.
4)
Ilusi
Dapat saja terjadi ilusi yaitu salah persepsi pada objek tertentu.
5)
Isi fikir
Dapat terjadi waham kejar atau waham kebesaran ditandai dengan ide-ide
atau pikiran-pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan
(Maramis 1998: 221)
6)
Sensori dan kognisi
(a).
Orientasi
Klien ditanya tentang orang, tempat dan waktu dimana klien berada sekarang,
jika klien dapat menjawab dengan benar biasanya pada umumnya tidak terdapat
gangguan dalam orientasi orang, tempat, dan waktu.
(Maramis 1998: 221)
(b). Gangguan
memori
Pada umumnya klien dengan halusinasi dengar tidak mengalami gangguan
memori, klien mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi atau yang sudah
lampau (Maramis 1998: 221)
-
Tingkat konsentrasi
Umumnya tingkat konsentrasi klien mudah beralih karena terdapat perasaan
curiga dan halusinasi (Depkes RI, 200: 134)
-
Kemampuan berhitung
Umumnya klien dengan halusinasi dengar mampu berhitung.
-
Gangguan penilaian
Umunya klien dengan halusinasi dengar dapat menilai yang baik dan yang
buruk, kecuali jika klien memiliki waham.
-
Daya tilik diri
Biasanya klien dengan halusinasi tidak/ kurang mengetahui penyebab
dirinya mengalami gangguan jiwa
-
Koping
Koping yang digunakan oleh klien biasanya supresi, proyeksi, dan
displacement. Klien dengan halusinasi baisanya memendam perasaan dan
permasalahannya sendiri dibanding bercerita pada orang lain dan biasanya sulit
untuk mengungkapkan masalahnya terhadap orang lain.
-
Menulis dan menggambar
Biasanya klien mampu menulis dan menggambar.
g.
Psikososial dan Spiritual
1.
Konsep Diri
a.
Gambaran Diri
Mengkaji tentang persepsi klien terhadap tubuhnya, misalnya bagian-bagian
tubuh yang paling disukai klien, biasanya klien bersikap acuh dan tidak terlalu
memikirkan keadaan tubuhnya,
b.
Identitas Diri
Kaji perasaan klien terhadap jenis kelaminnya, status, posisi klien saat
drawat.
c.
Peran
Umumnya klien tidak mampu menjalankan perannya dengan baik, karena klien
dikuasai oleh halusinasinya.
d.
Ideal Diri
Biasanya klien memiliki ideal diri yang tinggi namun tidak didukung oleh
kemampuan yang memadai sehingga ideal diri klien tidak tercapai.
e.
Harga Diri
Biasanya klien tidak merasa memiliki kelebihan yang dimiliki dibanding
dengan orang lain sehingga biasanya klien merasa harga diri rendah.
2.
Hubungan Sosial
a.
Orang yang berarti
kaji siapa yang paling berarti menurut klien, tempat menceritakan
masalah, meminta bantuan dan motivasi.
b.
Lingkungan
Kaji lingkungan yang bagaimana yang bisa membuat klien merasa tenang
c.
Arti keluarga
Kaji apakah klien memiliki arti keluarga atau sebaliknya
d.
Interaksi
Biasanya klien dengan skizofrenia paranoid sulit untuk menjalankan
hubungan sosialnya karena adanya halusinasi.
e.
Konflik keluarga
Kaji adakah konflik keluarga yang dapat menyebabkan klien mengalami
gangguan jiwa dan cara mengatasinya.
f.
Aktivitas di Masyaeakat
Sejauh mana klien dapat terlibat di masyarakat.
3.
Sexualitas
Kaji tentang kemampuan klien terhadap jenis kelaminnya. Bisa saja klien
belum menikah merasa tidak berharga lagi, karena merasaorang lain
mengasingkannya.
4.
Spiritual
a.
Falsafah Hidup
Biasanya klien menganggap bahwa sakitnya adalah cobaan dari Tuhan, klien
juga mempercayai bahwa adanya sehat dan sakit.
b.
Sense of Tracendences
Klien dengan halusinasi umumnya merasa pesimis dalam menghadapi hidup di
masa yang akan datang dan tidak mempunyai rencana untuk kehidupan selanjutnya,
karena hidupnya telah dikontrol oleh halusinasi sehingga klien merasa sia-sia
mengharapkan atau merencanakan sesuatu yang pada akhirnya gagal akibat
halusinasi tersebut.
h.
Perencanaan klien pulang
Dalam perencanaan klien pulang peranan keluarga sangatlah penting untuk
memberikan support pada klien sehingga klien tidak kembali lagi ke RSJ dengan
alasan kambuh ulang. Klien perlu mendapatkan pendidikan kesehatan sebagai bekal
saat klien di rumah. Begitu juga keluarga perlu diberikan bekal
pengetahuan cara merawat klien dirumah.
i.
Therapi
a.
Psikofarmaka
Obat antipsikotik bekerja dengan cara memblok reseptor pasca sinaps
dopamin di basal ganglia, hypothalamus, sistem limbik, batang otak dan medulla.
(Towsend alih bahasa Helena, 1998: 165)
Obat anti psikotik Haloperidol dapat diberikan dengan dosis awal pada
gejala sedang 0,5-2 mg (2-3 x/ hari)pada gejala berat 3-5 mg (2-3x/ hari)
secara bertahap, dosis dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan dan toleransi
tubuh.
Clorpromazin diberikan dengan dosis awal 25-100 mg dan meningkat menjadi
300 mg/ hari secara perlahan dosis dapat dinaikkan sampai 600-900 mg/ hari.
Dengan dosis tersebut diharapkan gejala-gejala seperti curiga dan rasa
bermusuhan akan berkurang atau hilang.
Untuk mengatasi efek samping obat anti psikotik yang dapat menyebabkan
gangguan ekstrapiramidal maka diberikan obat anti parkinson seperti trihexyfenidil
2 mg selama 3-5 hari sampai respon therapi yang diinginkan tercapai. Kerja obat
anti parkinson ditujukan untuk memulihkan keseimbangan kedua neurotransmitter
mayor secara alamiah yang terdapat di susunan syaraf pusat, yaitu asetilkolin
dan dopamin (Townsend alih bahasa Helena, 1998: 173)
b.
ECT
Klien yang mengalami halusinasi umumnya dilakukan ECT (Electro Convulsif
Therapi) baik monitor ataupun konvensional yang diberikan sebanyak 5-6 kali
atas indikasi bila klien menunjukkan halusinasi, waham, depresi.
c.
Therapi Psikologis
q Therapi
aktivitas Kelompok
q Bermain
musik
q Therapi
Okupasi
Therapi diatas dilakukan bila klien sudah kooperatif.
2.
Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data
tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat dalam
menentukan masalah keperawatan klien.
- Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan merupakan penelitian klinis tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan
potensial (Doenges alih bahasa Kurtosa : 2000.8)
Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul dengan masalah perubahan Persepsi : Halusinasi
dengar (Keliat, 1998 : 27.28) :
1.
Resiko tinggi melakukan kekerasan berhubungan dengan
halusinasi dengar
2.
Perubahan sensori perseptual halusinasi pendengaran
berhubungan dengan menarik diri
3.
Kerusakan interaksi sosial menarik diri berhubungan
dengan harga diri rendah kronis
4.
Sindrom depisit perawatan diri berhubungan dengan
intoleransi aktivitas (Budie Ana Keliat, 1998, 27)
- Perencanaan
1.
Resiko tinggi melakukkan kekerasan berhubungan dengan
halusinasi dengar (Keliat, 1998 ; 28)
Tujuan umum :
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan khusus :
-
Klien dapat membina
hubungan saling percaya
-
Klien dapat mengungkapkan perasaannya
-
Klien dapat mengenal halusinasinya
-
Klien dapat mengendalikan halusinasinya
-
Klien mendapat hubugan dari keluarga untuk megendalikan
halusinasinya
-
Klien dapat menggunakan obat utuk mengendalikan
halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
-
ekspresi wajah klien bersahabat
-
Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi
timbulnya halusinasi
-
Klien dapat mengenal halusinasi
-
Klein dapat menyebutkan tindakan yang bisa dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya
-
Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat yang
benar
-
Klien dapat dukungan dari orang tua
Intervensi Dan Rasional
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Bina hubungan
saling percaya
|
Hubungan
saling percaya sebagai dasar interaksi terapeutik
|
2.
|
Dorongan dan
beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
|
Ungkapkan
perasaan klien pada perawat sebagai bukti klien mulai percaya pada perawat
|
3
|
Adakan kontak
sesering mungkin
|
Mengurangi
waktu kosong bagi klien sehingga mengurangi frekuensi halusinasi
|
4.
|
Observasi
perilaku (perbal dan non perbal) yang berhubungan dengan halusinasi
|
Perawat
mengenal halusinasi yang dialami klien sehingga intervensi lebih efektif
|
5.
|
Terima
halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat
|
Meningkatkan
realita / orientasi realita dan rasa percaya klien
|
6.
|
Identifikasi
bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi dan frekuensi timbulnya
halusinasinya
|
Peran serta
klien menentukan efektifitas tindakan keperawatan yang dilakukan
|
7.
|
Diskusikan
dengan klien saat terjadi halusinasi
|
Upaya untuk
memutuskan halusinasi perlu dilakukan oleh klien sendiri agar halusinasi
tidak berlanjut
|
8.
|
Identifikasi
bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila suara-suara muncul
|
Tindakan yang
biasa dilakukan klien merupakan upaya mengatasi halusinasi
|
9.
|
Beri penguatan
dan pujian terhadap tindakan klien
yang positif
|
Memberikan hal
yang positif atau pengakuan akan meningkatkan harga diri klien
|
10.
|
Diskusikan
cara mencegah halusinasi dan cara mengendalikannya
|
Halusinasi
yang dapat dikontrol oleh klien dapat mencegah terjadinya kekerasan
|
11.
|
Dorong klien
untuk memilih cara yang akan digunakannya dalam menghadap halusinasi
|
Memberi
kesempatan klien memutuskan halusinasinya
|
12.
|
Bina hubungan
saling percaya dengan keluarga
|
Hubungan
saling percaya merupakan dasar interaksi pada keluarga
|
13.
|
Diskusikan
dengan keluarga tentang halusinasi, tanda cara merawat klien di rumah
|
Keluarga yang
mampu menahan klien dengan halusinasi dapat mendukung kesembuhan klien
|
14.
|
Diskusikan
dengan klien dan keluarga tentang obat untuk mengendalikan halusinasinya
|
Meningkatkan
pengetahuan dan motivasi klien untuk minum obat secara teratur
|
15.
|
Bantu klien
dan pastikan bahwa klien minum obat sesuai dengan program
|
Memastikan
bahwa klien minum obat secara teratur
|
2.
Perubahan sensori perseptual : halusinasi pendengaran
yang berhubungan dengan menarik diri
Tujuan umum :
Klien mampu melakukan interaksi dengan
orang lain
Tujuan khusus :
-
Klien dapat mempercayai orang lain
-
Klien dapat memahami arti manfaat, dan cara
bersosialisasi serta akibat tindakan bersosialisasi
-
Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku
menarik diri
-
Klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain
-
Klien tidak menyendiri
-
Klien mau mengikuti terapi kelompok
Kriteria Evaluasi :
-
Secara verbal klien mengatakan percaya pada orang lain
-
Klien dapat mengungkapkan
penyebab menarik diri
-
Klien mengerti sosialisasi
-
Klien dapat melakukan aktivitas
Intervensi
Dan Rasional
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Bina hubungan
saling percaya dengan klien
|
Merupakan
dasar untuk interaksi selanjutnya
|
2.
|
Perhatikan
sikap mereka dengan cara kontak yang sering tetapi singkat
|
Sikap menerima
orang lain akan mengangkatkan harga diri klien dan mempasilitasi rasa percaya
pada orang
|
3
|
Jujur dan
menepati janji
|
Meningkatkan
rasa percaya klien pada perawat
|
4.
|
Temani klien
dan duduk di sampingnya beberapa saat
|
Memberi
kebebasan dan menghindari kecurigaan klien
|
5.
|
Memberikan
kesempatan klien untuk mengunngkapkan perasaan penyebab menarik diri, dan
gejala
|
Menambah
wawasan klien
|
6.
|
Diskusikan
bersama klien tentang arti, manfaat dan cara bersosialisasi dan akibat dari
tidak bersosialisasi
|
Menghindari
kecurigaan dan memberikan rasa aman pada klien
|
7.
|
Dorong klien
untuk berhubungan dengan klien lain dengan ikuti aktifitas secara bertahap
|
Memotivasi
klien melakukan kegiatan yang positif
|
8.
|
Beri
penghargaan terhadap tindakan klien yang positif
|
Memberi
dukungan agar klien melanjutkan hal yang positif
|
9.
|
Libatkan
keluarga terhadap tindakan klien yang positif
|
Dukung dari
keluarga membuat klien merasa diperhatikan
|
10.
|
Beri obat
sesuai dengan program therapi
|
Obat
antipsikotik menurunkan gejala psikotik sehingga memudahkan klien melakukan
interaksi sosial
|
3.
Kerusakan interaksi sosial b.d. harga diri rendah
kromik.
Tujuan Umum:
Harga diri klien meningkat dengan kemampuan diri.
Tujuan Khusus:
-
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
-
Klien dapat mengidenrifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
-
Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki.
-
Klien dapat melaksanakan aktivitas sesuai kemampuan
yang dimiliki.
Kriteria evaluasi:
-
Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan.
-
Klien dapat menyebutkan keberhasilan dan kegagalan yang
pernah dialaminya.
-
Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai.
-
Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan.
Intervensi dan rasional
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Bina hubungan
saling percaya antara perawat dan klien.
|
Merupakan
fasilitas untuk intervensi terapeutik selanjutnya.
|
2.
|
Bantu klien
memperluas kesadaran dirinya.
|
Agar klien
mengetahui kemampuan yang bermanfaat bagi klien dan orang lain.
|
3.
|
Bantu klien
mengenal kelebihannya.
|
Menambah
wawasan klien dan meningkatkan harga diri.
|
4.
|
Bantu klien
mengevaluasi diri.
|
Menyadarkan
klien bahwa manusia memiliki kelebihan dan kekurangan.
|
5.
|
Bantu klien
membuat rencana yang realistis.
|
Dengan adanya
rencana, tujuan yang diharapkan akan terealisasi.
|
6.
|
Berikan
kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
|
Pengalaman
yang mudah diterima melalui praktek yang ralistis.
|
7.
|
Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan aktivitas di rumah bersama keluarga.
|
Keterlibatan
keluarga membantu merealisasikan ideal diri klien.
|
4.
Defisit perawatan diri b.d. kurangnya minat dalam
perawatan diri.
Tujuan umum:
Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
Tujuan Khusus:
-
Klien mengetahui pentingnya perawatan diri.
-
Klien berminat melakukan perawatan diri.
-
Klien mampu melakukan perawatan sendiri tanpa disuruh
terlebih dahulu.
-
Klien dapat mempertahankan kebersihan secara optimal.
Kriteria evaluasi:
-
Klien mengungkapkan secara verbal pengertian, manfaat
dan kerugian bila tidak melakukan personal hygiene.
-
Klien dapat menjaga kebersihan diri dan merawat diri
tanpa bantuan.
-
Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara
optimal
Intervensi dan rasional
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Berikan
penjelasan kepada klien tentang arti,manfaat,cara perawatan diri dan akibat
tidak melakukan perawatan diri.
|
Meningkatkan
pengetahuan klien sehingga klien berminat untuk melakukannya.
|
2.
|
Barikan
bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuaan.
|
Keberhasilan dalam
melakukan aktivitas secara mandiri akan meningkatkan harga diri klien.
|
3.
|
Berikan
bantuan kepada klien saat tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri.
|
Klien merasa
diperhatikan, bukan dimanja.
|
4.
|
Berikan
reinforcement positif untuk kemampuan klien melakukan perawatan diri secara
mandiri.
|
Untuk
meningkatkan harga diri dan mendorong klien untuk melakukan hal yang lain.
|
D. Implementasi
Merupakan
bentuk nyata dari perencanaan tindakan keperawatan.sebelum melakukan tindakan
yang sudah direncanakan, perawat perlu memotivasi apakah rencana tindakan masih
sesuai dengan yang dibutuhkan klien dan sesuai dengan kondisi klien saat ini.
Adapun
implementasi keperawatan pada klien schizofrenia paranoid dengan halusinasi
lihat adalah:
1.
membina hubungan saling percaya.
2.
melakukan kontak yang sering.
3.
mengidentifikasi bersama klien tentang waktu munculnya
halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi munculnya halusinasi.
4.
mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya saat
halusinasinya muncul.
5.
mengidentifikasi bersama klien tindakan yang biasa
dilakukan bila halusinasi lihat tersebut muncul.
6.
mendiskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan
cara mengendalikannya.
7.
mendorong klien untuk memilih cara yang akan dipilih
untuk menghadapi halusinasi.
8.
membantu klien untuk mendapatkan dukungan dari keluarga
untuk mengendalikan halusinasinya.
9.
membantu klien agar dapat menggunakan obat untuk
mengendalikan halsinasinya.
E. Evaluasi
Evaluasi
adalah proses yang berkelanjtuna untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
kepada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respons klien terhadap
tindakan keperawatan yang telag dilaksanakan (Budi Ana Keliat, 1998:15).
Evaluasi
dilakukan dengan pendekatan SOAPIER, yaitu:
S : Respons subjektif (yang dikatakan oleh
klien) terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
O : Respons
objektif (yang langsung dapat diobservasi oleh perawat) tergadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa
ulang atas data subjektif dan objektif yang menyimpulkan apakah maslah masih
tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiktif dengan masalah
yang ada.
P : Perencanaan
atau tindak lanjut berdasarkan rencana yang telah ditentukan.
I : Pelaksanaan
asuhan keperawatan berdasarkan rencana yang te;ah ditetapkan.
E : Penilaian
hasil pelaksanaan tindakan keperawatan untuk melihat perubahan dan berupaya
mempertahankan serta menilai hasil implementasi.
R : Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah
yang belum teratasi,pengkajian ulang perlu dilaksanakan kembali melalui proses
penguimpulan data subjektif, objektif dan proses analisanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar